Kebaikan-kebaikan yang orangtua berikan merupakan bentuk kasih sayang dan ketulusan atas rasa cintanya kepada kita sebagai anak-anaknya. Maka sudah selayaknya, kita berupaya membalas budi untuk menyayangi dan memuliakan mereka. Selain sebagai bentuk balas budi, berbakti kepada orangtua juga merupakan salah satu bentuk jihad yang dijelaskan dalam hadis berikut.
“Dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash RA, seorang sahabat mendatangi Rasulullah Saw lalu meminta izin untuk berjihad. Rasulullah Saw bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ ‘Masih,’ jawabnya. Rasulullah Saw mengatakan, ‘Pada (perawatan) keduanya, berjihadlah,’” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Tentu kita mesti bersyukur dengan keadaan orangtua kita yang berada dalam kondisi sehat dan serba dalam kecukupan, apalagi jika kita mampu untuk merawat mereka dengan baik. Namun, ternyata di luar sana banyak orangtua di usia senja yang kesulitan bahkan hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.
Salah satunya adalah Nek Turah, perempuan berusia 93 tahun asal Dusun Naro’an, Desa Tanggumong, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang Jawa Timur ini telah 25 tahun divonis buta yang tidak dapat disembuhkan oleh dokter setempat. Sejak saat itu, dia terpaksa melewati hari-harinya dalam gelap gulita di rumahnya yang reot bersama anak semata wayangnya Mistiyah (72) yang juga telah berada di usia senja dan mulai sakit-sakitan.
Nek Turah disuapi anak semata wayangnya, Nek Mistiyah. (Dok. LAZISNU PCNU Sampang)
Kondisi lantainya yang hanya beralaskan tanah, mengakibatkan rumah Nek Turah terlihat becek. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu kini lapuk dan membuat Nek Turah dan sang anak merasa kedinginan setiap malam. Apalagi ketika musim hujan tiba, Nek Turah selalu diselimuti trauma, mengingat beberapa bulan yang lalu rumahnya sempat roboh. Untungnya, para tetangga gotong royong memperbaiki rumah tersebut dengan sumbangan seadanya.
Selain itu, kedua lansia ini juga tidak memiliki kamar mandi. Yang ada hanyalah gentong kecil yang terletak tidak jauh dari tempat tidur. Sedangkan untuk buang hajat, Nek Turah dan Mistiyah terpaksa menumpang ke tetangga.
Kondisi ini semakin menyedihkan ketika Nek Turah hendak berwudhu dan menunaikan sholat. Dirinya yang buta dan renta harus dibantu oleh Mistiyah. Lantai yang licin karena percikan air memaksa Nek Turah harus ekstra hati-hati agar tidak terjatuh.
Nek Mistiyah selalu membantu sang ibunda, Nek Turah ketika hendak berwudhu. (Dok. LAZISNU PCNU Sampang)
Saat kami tanya, dari mana Nek Turah dan Mistiyah makan tiap hari? Nek Turah menjawab:
“Ya dari pemberian tetangga, Pak. Kalau tidak ada yang ngasih makanan, kami hanya minum air putih dicampur dengan sedikit gula, insyaAllah tahan 1 hari. Bahkan kadang-kadang kami puasa. Mau gimana lagi, kondisinya sudah begini. Mau kerja, kami berdua sudah tidak kuat,” ujar Nek Turah sambil mengusap air mata.” ujarnya kepada Tim LAZISNU Sampang.
Tak hanya Nek Turah dan Nek Mistiyah, kondisi seperti ini juga dirasakan oleh lansia lainnya. Nek Rip, begitulah orang memanggilnya. Nenek berusia 78 tahun ini tinggal di rumah tua yang hampir roboh. Beberapa dinding pun harus ditopang bambu. Tempat tidur tanpa kasur yang sekaligus menjadi tempat sholat tampak penuh dengan debu. Perabotan-perabotan lusuh menghiasi gubuk tua milik nenek yang sudah bungkuk ini. Jika tidak segera dilakukan perbaikan, tentu akan mengancam keselamatan Nek Rip. Apalagi posisi tempat tidurnya berdekatan dengan dinding yang ditopang tersebut.
Nek Rip termenung dengan nasi tanpa lauk di tangannya. (Dok. LAZISNU PCNU Sampang)
Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, sehari-hari Nek Rip memelihara ayam. Biasanya ayam yang sudah berumur 3 bulan akan dibeli tetangga seharga Rp30.000 s/d Rp40.000. Namun, sekarang ayamnya hanya tinggal beberapa saja karena seminggu yang lalu ayam-ayamnya banyak yang mati karena terserang penyakit. Ditambah lagi anak semata wayangnya yang pergi merantau sudah lama tidak ada kabar entah ke mana.
Kehidupan tiga lansia ini adalah contoh betapa menderitanya lansia duafa di luar sana, sementara masih ada 249 lainnya yang merasakan hal serupa di Sampang. Atas nama kemanusiaan, mari buka mata hati kita untuk membantu mereka dengan lebih layak, bukan hanya meminum air gula demi menyambung hidupnya.
Melalui campaign ini, kami LAZISNU Sampang kemudian akan bersilaturahmi, menyapa, dan menyalurkan bantuan berupa kebutuhan sehari-hari seperti sembako untuk membantu Nek Turah, Nek Mistiyah, Nek Rip, dan 249 lansia duafa lainnya di Sampang.
#SahabatPeduli dapat turut membantu mereka, dengan cara:
Kebutuhan Dana 100.000.000
Dana Terkumpul 15.574.875
Donatur
0 Hari lagi
Kebaikan-kebaikan yang orangtua berikan merupakan bentuk kasih sayang dan ketulusan atas rasa cintanya kepada kita sebagai anak-anaknya. Maka sudah selayaknya, kita berupaya membalas budi untuk menyayangi dan memuliakan mereka. Selain sebagai bentuk balas budi, berbakti kepada orangtua juga merupakan salah satu bentuk jihad yang dijelaskan dalam hadis berikut.
“Dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash RA, seorang sahabat mendatangi Rasulullah Saw lalu meminta izin untuk berjihad. Rasulullah Saw bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ ‘Masih,’ jawabnya. Rasulullah Saw mengatakan, ‘Pada (perawatan) keduanya, berjihadlah,’” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Tentu kita mesti bersyukur dengan keadaan orangtua kita yang berada dalam kondisi sehat dan serba dalam kecukupan, apalagi jika kita mampu untuk merawat mereka dengan baik. Namun, ternyata di luar sana banyak orangtua di usia senja yang kesulitan bahkan hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.
Salah satunya adalah Nek Turah, perempuan berusia 93 tahun asal Dusun Naro’an, Desa Tanggumong, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang Jawa Timur ini telah 25 tahun divonis buta yang tidak dapat disembuhkan oleh dokter setempat. Sejak saat itu, dia terpaksa melewati hari-harinya dalam gelap gulita di rumahnya yang reot bersama anak semata wayangnya Mistiyah (72) yang juga telah berada di usia senja dan mulai sakit-sakitan.
Nek Turah disuapi anak semata wayangnya, Nek Mistiyah. (Dok. LAZISNU PCNU Sampang)
Kondisi lantainya yang hanya beralaskan tanah, mengakibatkan rumah Nek Turah terlihat becek. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu kini lapuk dan membuat Nek Turah dan sang anak merasa kedinginan setiap malam. Apalagi ketika musim hujan tiba, Nek Turah selalu diselimuti trauma, mengingat beberapa bulan yang lalu rumahnya sempat roboh. Untungnya, para tetangga gotong royong memperbaiki rumah tersebut dengan sumbangan seadanya.
Selain itu, kedua lansia ini juga tidak memiliki kamar mandi. Yang ada hanyalah gentong kecil yang terletak tidak jauh dari tempat tidur. Sedangkan untuk buang hajat, Nek Turah dan Mistiyah terpaksa menumpang ke tetangga.
Kondisi ini semakin menyedihkan ketika Nek Turah hendak berwudhu dan menunaikan sholat. Dirinya yang buta dan renta harus dibantu oleh Mistiyah. Lantai yang licin karena percikan air memaksa Nek Turah harus ekstra hati-hati agar tidak terjatuh.
Nek Mistiyah selalu membantu sang ibunda, Nek Turah ketika hendak berwudhu. (Dok. LAZISNU PCNU Sampang)
Saat kami tanya, dari mana Nek Turah dan Mistiyah makan tiap hari? Nek Turah menjawab:
“Ya dari pemberian tetangga, Pak. Kalau tidak ada yang ngasih makanan, kami hanya minum air putih dicampur dengan sedikit gula, insyaAllah tahan 1 hari. Bahkan kadang-kadang kami puasa. Mau gimana lagi, kondisinya sudah begini. Mau kerja, kami berdua sudah tidak kuat,” ujar Nek Turah sambil mengusap air mata.” ujarnya kepada Tim LAZISNU Sampang.
Tak hanya Nek Turah dan Nek Mistiyah, kondisi seperti ini juga dirasakan oleh lansia lainnya. Nek Rip, begitulah orang memanggilnya. Nenek berusia 78 tahun ini tinggal di rumah tua yang hampir roboh. Beberapa dinding pun harus ditopang bambu. Tempat tidur tanpa kasur yang sekaligus menjadi tempat sholat tampak penuh dengan debu. Perabotan-perabotan lusuh menghiasi gubuk tua milik nenek yang sudah bungkuk ini. Jika tidak segera dilakukan perbaikan, tentu akan mengancam keselamatan Nek Rip. Apalagi posisi tempat tidurnya berdekatan dengan dinding yang ditopang tersebut.
Nek Rip termenung dengan nasi tanpa lauk di tangannya. (Dok. LAZISNU PCNU Sampang)
Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, sehari-hari Nek Rip memelihara ayam. Biasanya ayam yang sudah berumur 3 bulan akan dibeli tetangga seharga Rp30.000 s/d Rp40.000. Namun, sekarang ayamnya hanya tinggal beberapa saja karena seminggu yang lalu ayam-ayamnya banyak yang mati karena terserang penyakit. Ditambah lagi anak semata wayangnya yang pergi merantau sudah lama tidak ada kabar entah ke mana.
Kehidupan tiga lansia ini adalah contoh betapa menderitanya lansia duafa di luar sana, sementara masih ada 249 lainnya yang merasakan hal serupa di Sampang. Atas nama kemanusiaan, mari buka mata hati kita untuk membantu mereka dengan lebih layak, bukan hanya meminum air gula demi menyambung hidupnya.
Melalui campaign ini, kami LAZISNU Sampang kemudian akan bersilaturahmi, menyapa, dan menyalurkan bantuan berupa kebutuhan sehari-hari seperti sembako untuk membantu Nek Turah, Nek Mistiyah, Nek Rip, dan 249 lansia duafa lainnya di Sampang.
#SahabatPeduli dapat turut membantu mereka, dengan cara:
04/05/2023
Sampang, NU Care
NU Care-LAZISNU Kabupaten Sampang, Jawa Timur kembali menyalurkan bantuan ekonomi bagi lansia duafa. Bantuan tahap ketiga ini, salah satunya disalurkan kepada Nek Turah asal Dusun Naro’an, Desa Tanggomong, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang pada Senin (1/05/2023).
Ketua NU Care-LAZISNU Sampang, Zainuddin mengatakan bantuan yang disalurkan berupa bahan kebutuhan pokok dan sejumlah uang, yang bertujuan untuk membantu kebutuhan para lansia duafa, khususnya di Kabupaten Sampang.
Ia juga menjelaskan bahwa bantuan tersebut merupakan hasil dari penggalangan dana melalui website crowdfunding NUcare.id.
“Dan pentasarufan bantuan ini tidak hanya untuk Nenek Turah saja. Ada beberapa lansia yang juga kami sentuh melalui program ini,” ungkap Zainuddin.
Pihaknya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua donatur di NUcare.id yang telah mendukung program tersebut. Dirinya pun berharap ke depan agar lebih banyak lagi lansia duafa yang terbantu.
“Besar harapan kami NU Care-LAZISNU PCNU Sampang, semoga ke depan lebih banyak lagi dermawan yang peduli dan memperhatikan lansia yang sudah tidak mampu lagi bekerja,” harapnya.
“Semoga bantuan ini bisa meringankan beban Nenek Turah dan lansia duafa lainnya yang sudah tidak mampu lagi bekerja,” pungkasnya.
Editor: Wahyu Noerhadi
Sumber: Indopers.net
13/03/2023
Sampang, NU Care
NU Care-LAZISNU Sampang, Jawa Timur kembali menyalurkan bantuan untuk lansia duafa. Kali ini penyaluran bantuan ekonomi tahap kedua ditujukan kepada Nek Turah asal Desa Tanggomong, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, pada Sabtu (11/03/2023).
Sekretaris NU Care-LAZISNU Sampang, Darul Ulum mengatakan bantuan yang disalurkan berupa bahan kebutuhan pokok dan sejumlah uang yang bertujuan untuk meringankan beban lansia duafa di Kabupaten Sampang.
Ia juga menjelaskan bahwa bantuan tersebut merupakan hasil dari penggalangan dana melalui website crowdfunding nucare.id.
“Hasil penggalangan dana ini tidak hanya untuk membantu Nenek Turah saja, akan tetapi ada 30 lansia lain yang tersebar di 15 MWCNU (kecamatan) sudah terbantu,” ungkap Ulum.
Pihaknya juga menyampaikan ucapan terima kasih dan berharap besar kepada para donatur tetapi membantu lansia yang notabene sudah tidak mampu lagi mencari nafkah.
“Besar harapan kami NU Care-LAZISNU PCNU Sampang, semoga ke depan lebih banyak lagi dermawan yang peduli dan memperhatikan lansia yang sudah tidak mampu lagi bekerja,” harapnya.
“Semoga bantuan ini bisa meringankan beban Nenek Turah dan lansia duafa yang lainnya, yang sudah tidak mampu lagi bekerja,” pungkasnya.
Editor: Wahyu Noerhadi
Sumber: Indopers.net
14/02/2023
Sampang, NU Care
NU Care-LAZISNU Sampang, Jawa Timur menyalurkan bantuan kepada lansia duafa, yang salah satunya disalurkan kepada Nek Turah, seorang duafa asal Dusun Naro’an, Desa Tanggumong, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, pada Sabtu (4/02/2023).
Sekretaris NU Care-LAZISNU Sampang Darul Ulum menyebutkan bahwa bantuan yang disalurkan kepada Nek Turah yakni berupa sembako dan bantuan uang tunai. “Yang bertujuan untuk meringankan beban lansia duafa yang ada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Sampang,” ucap Ulum.
Ulum juga menjelaskan bahwa program tersebut dilakukan NU Care-LAZISNU Sampang lewat penggalangan donasi di website crowdfunding NUcare.id.
“Adapun sasaran bantuan tersebut berdasarkan usulan dari masyarakat, lalu kami lakukan cross check ke lapangan. Dan jika sesuai, lalu kita berikan bantuan,” paparnya.
Pihaknya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat yang telah menyalurkan donasi melalui NUcare.id, yang telah peduli kepada para lansia duafa.
“Terima kasih banyak, dan kami berharap besar kepada semua dermawan untuk juga membantu sesama, terlebih lansia yang notabene sudah tidak mampu mencari nafkah,” ungkap Ulum.
“Besar harapan kami, NU Care-LAZISNU Kabupaten Sampang agar ke depan lebih banyak lagi dermawan yang peduli dan memperhatikan lansia yang sudah tidak mampu lagi bekerja. Dan semoga bantuan ini bisa meringankan beban Nek Turah yang sudah tidak mampu lagi bekerja,” pungkasnya.
Editor: Wahyu Noerhadi
Sumber: Indopers.net