20 tahun lebih hidup dalam kegelapan, Nek Tirah divonis buta permanen oleh dokter. Ia adalah seorang nenek berusia 58 tahun yang tinggal bersama sang suami yang sudah lama terbaring karena penyakit paru-parunya.
Mereka tinggal di Dusun Dualas, Desa Pangongsean, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur dengan kondisi rumah yang sudah lapuk, tiang penopang rumah yang sudah mulai doyong, dan tentu itu membahayakan bagi Nek Tirah dan suami.
Nek Tirah, selain tidak dapat melihat, ia juga menderita gangguan pendengaran yang diduga akibat terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan pasca mengalami kecelakaan saat berjualan.
Sebetulnya, Nek Tirah memiliki seorang anak. Namun anaknya terpaksa merantau dengan maksud membantu perekonomian keluarga. Tapi apalah daya, hasil kerja anaknya hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup di perantauan.
Ya, Nek Tirah menghidupi dirinya dan sang suami hanya dengan berjualan kerupuk di sepanjang jalan raya yang berjarak 10 km dari rumahnya, dengan harapan ada pengendara yang mau membeli dagangannya. Namun terkadang kondisi Nek Tirah yang buta dimanfaatkan oleh orang lain dengan membeli dagangannya menggunakan uang palsu.
Nek Tirah berjualan kerupuk di sepanjang jalan dengan kardus bertuliskan "Maaf Hati-hati, Saya Buta" tergantung di dadanya.
Setiap hari, mulai jam 6 pagi Nek Tirah sudah berangkat berjualan, dan baru kembali ke rumah jam 7 malam. Itu pun kalau ia tidak nyasar atau salah jalan. Ya kondisinya yang tidak bisa melihat membuatnya sering nyasar hingga larut malam. Beruntung dia sering diantar oleh pengendara yang peduli terhadapnya.
“Sebenarnya, saya sudah sering diingatkan tetangga untuk berhenti berjualan karena sangat membahayakan keselamatan saya. Terlebih saya juga pernah menjadi korban tabrak lari saat berjualan. Namun, saya lebih baik kerja seperti ini, yang penting halal daripada meminta-minta,” katanya kepada Tim NU Care-LAZISNU Sampang, sembari ia sesekali mengusap air mata.
Meski untung dari hasil berjualannya itu tidak seberapa, yakni antara Rp10.000 - Rp15.000. Akan tetapi, Nek Tirah mengaku bahwa hal itu membuat hati Nek Tirah bahagia karena bisa menyambung hidup dengan suami.
Dalam kesehariannya, dia lebih sering makan dengan kecap manis. Menurutnya, itu sudah makanan yang sangat enak. Makan dengan lauk yang lebih layak, dia hanya mengandalkan pemberian tetangga, itupun jika ada hajatan. Beberapa hari ini, dia sering tidak berjualan karena musim hujan, karena jika kerupuknya terkena hujan maka akan melempem dan tidak laku dijual.
Ya, begitu sulit ujian hidup Nek Tirah dan suami untuk menyambung hidup. Kita perlu bersyukur, dan bisa menyisihkan sedikit harta kita untuk membantu Nek Tirah memperoleh kehidupan yang lebih layak. Caranya:
Kebutuhan Dana 50.000.000
Dana Terkumpul 4.072.100
Donatur
0 Hari lagi
20 tahun lebih hidup dalam kegelapan, Nek Tirah divonis buta permanen oleh dokter. Ia adalah seorang nenek berusia 58 tahun yang tinggal bersama sang suami yang sudah lama terbaring karena penyakit paru-parunya.
Mereka tinggal di Dusun Dualas, Desa Pangongsean, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur dengan kondisi rumah yang sudah lapuk, tiang penopang rumah yang sudah mulai doyong, dan tentu itu membahayakan bagi Nek Tirah dan suami.
Nek Tirah, selain tidak dapat melihat, ia juga menderita gangguan pendengaran yang diduga akibat terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan pasca mengalami kecelakaan saat berjualan.
Sebetulnya, Nek Tirah memiliki seorang anak. Namun anaknya terpaksa merantau dengan maksud membantu perekonomian keluarga. Tapi apalah daya, hasil kerja anaknya hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup di perantauan.
Ya, Nek Tirah menghidupi dirinya dan sang suami hanya dengan berjualan kerupuk di sepanjang jalan raya yang berjarak 10 km dari rumahnya, dengan harapan ada pengendara yang mau membeli dagangannya. Namun terkadang kondisi Nek Tirah yang buta dimanfaatkan oleh orang lain dengan membeli dagangannya menggunakan uang palsu.
Nek Tirah berjualan kerupuk di sepanjang jalan dengan kardus bertuliskan "Maaf Hati-hati, Saya Buta" tergantung di dadanya.
Setiap hari, mulai jam 6 pagi Nek Tirah sudah berangkat berjualan, dan baru kembali ke rumah jam 7 malam. Itu pun kalau ia tidak nyasar atau salah jalan. Ya kondisinya yang tidak bisa melihat membuatnya sering nyasar hingga larut malam. Beruntung dia sering diantar oleh pengendara yang peduli terhadapnya.
“Sebenarnya, saya sudah sering diingatkan tetangga untuk berhenti berjualan karena sangat membahayakan keselamatan saya. Terlebih saya juga pernah menjadi korban tabrak lari saat berjualan. Namun, saya lebih baik kerja seperti ini, yang penting halal daripada meminta-minta,” katanya kepada Tim NU Care-LAZISNU Sampang, sembari ia sesekali mengusap air mata.
Meski untung dari hasil berjualannya itu tidak seberapa, yakni antara Rp10.000 - Rp15.000. Akan tetapi, Nek Tirah mengaku bahwa hal itu membuat hati Nek Tirah bahagia karena bisa menyambung hidup dengan suami.
Dalam kesehariannya, dia lebih sering makan dengan kecap manis. Menurutnya, itu sudah makanan yang sangat enak. Makan dengan lauk yang lebih layak, dia hanya mengandalkan pemberian tetangga, itupun jika ada hajatan. Beberapa hari ini, dia sering tidak berjualan karena musim hujan, karena jika kerupuknya terkena hujan maka akan melempem dan tidak laku dijual.
Ya, begitu sulit ujian hidup Nek Tirah dan suami untuk menyambung hidup. Kita perlu bersyukur, dan bisa menyisihkan sedikit harta kita untuk membantu Nek Tirah memperoleh kehidupan yang lebih layak. Caranya:
Belum ada kabar terbaru