Wajib belajar 12 tahun sering disosialisasikan oleh Pemerintah sebagai tujuan berbangsa, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum bisa mengakses pendidikan karena berbagai kendala.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka putus sekolah di Indonesia pada tahun ajaran 2023/2024 masih menjadi perhatian. Di jenjang SMA sederajat, angka putus sekolah tercatat sebesar 0,19% atau sekitar 2 dari 1.000 penduduk, sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,20%. Untuk jenjang SMP, angka putus sekolah naik menjadi 0,18% dari 0,14% di tahun ajaran 2022/2023. Sementara di jenjang sekolah dasar, angka putus sekolah berada di angka 0,19%, meningkat dari 0,17% pada tahun sebelumnya. Di jenjang SMK, justru terjadi kenaikan dari 0,23% menjadi 0,28%.
Dari data tersebut, tak sedikit anak-anak yang berstatus sebagai santri. Berdasarkan data Kementerian Agama, hingga tahun 2024 jumlah santri di Indonesia telah mencapai sekitar 4,9 juta yang tersebar di lebih dari 41 ribu pesantren di seluruh Indonesia. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan data tahun 2022 yang masih berjumlah sekitar 2,65 juta santri.
Menurut kajian sejumlah lembaga, faktor-faktor penyebab putus sekolah di antaranya kondisi ekonomi keluarga, lingkungan sosial, komunikasi internal keluarga, kesehatan, hingga rendahnya minat anak untuk melanjutkan pendidikan.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU melalui Program Beasiswa Santri dan Siswa Nusantara (Besantara) mengajak seluruh masyarakat untuk membantu para siswa dan santri dari keluarga duafa agar dapat melanjutkan pendidikannya, dengan mentasarufkan bantuan berupa:
#SahabatPeduli dapat berinfaq untuk membantu mereka dengan cara:
Kebutuhan Dana 100.000.000
Dana Terkumpul 0
0 Donatur
469 Hari lagi
Wajib belajar 12 tahun sering disosialisasikan oleh Pemerintah sebagai tujuan berbangsa, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum bisa mengakses pendidikan karena berbagai kendala.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka putus sekolah di Indonesia pada tahun ajaran 2023/2024 masih menjadi perhatian. Di jenjang SMA sederajat, angka putus sekolah tercatat sebesar 0,19% atau sekitar 2 dari 1.000 penduduk, sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,20%. Untuk jenjang SMP, angka putus sekolah naik menjadi 0,18% dari 0,14% di tahun ajaran 2022/2023. Sementara di jenjang sekolah dasar, angka putus sekolah berada di angka 0,19%, meningkat dari 0,17% pada tahun sebelumnya. Di jenjang SMK, justru terjadi kenaikan dari 0,23% menjadi 0,28%.
Dari data tersebut, tak sedikit anak-anak yang berstatus sebagai santri. Berdasarkan data Kementerian Agama, hingga tahun 2024 jumlah santri di Indonesia telah mencapai sekitar 4,9 juta yang tersebar di lebih dari 41 ribu pesantren di seluruh Indonesia. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan data tahun 2022 yang masih berjumlah sekitar 2,65 juta santri.
Menurut kajian sejumlah lembaga, faktor-faktor penyebab putus sekolah di antaranya kondisi ekonomi keluarga, lingkungan sosial, komunikasi internal keluarga, kesehatan, hingga rendahnya minat anak untuk melanjutkan pendidikan.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU melalui Program Beasiswa Santri dan Siswa Nusantara (Besantara) mengajak seluruh masyarakat untuk membantu para siswa dan santri dari keluarga duafa agar dapat melanjutkan pendidikannya, dengan mentasarufkan bantuan berupa:
#SahabatPeduli dapat berinfaq untuk membantu mereka dengan cara:
Belum ada kabar terbaru