Di sebuah sudut Dusun Balong RT 02 RW 02, Kelurahan Girikarto, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, DIY hidup seorang anak perempuan bernama Nada Razani. Di usianya yang baru menginjak 8 tahun, Nada belum mampu berbicara, duduk, ataupun berjalan sehingga setiap harinya ia hanya bisa terbaring, digendong dan didudukkan oleh sang nenek, Semi (64).
Nada mengalami kondisi ini setelah dinyatakan menderita Prolonged Fever dan Dengue Fever, dua penyakit yang berdampak besar terhadap perkembangan motorik dan kemampuan tubuhnya.
Prolonged Fever adalah kondisi demam yang berlangsung lebih dari 7 hari. Ini bisa menjadi pertanda adanya infeksi serius, baik virus maupun bakteri, dan dalam kasus tertentu dapat menyebabkan gangguan sistemik pada organ tubuh, termasuk otak dan sistem saraf pusat, yang berisiko menghambat tumbuh kembang anak.
Sementara itu, Dengue Fever atau demam berdarah dengue adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pada anak-anak, infeksi ini bisa lebih berat dan berpotensi menyebabkan komplikasi serius seperti kejang, gangguan peredaran darah, dan kerusakan organ dalam. Kombinasi kedua penyakit ini meninggalkan dampak jangka panjang yang cukup parah bagi Nada.
Akibatnya, hingga saat ini, Nada belum bisa mengucapkan sepatah kata pun, belum mampu merangkak, dan belum memiliki kontrol otot untuk menopang tubuhnya sendiri. Tak seperti anak seusianya yang bebas bermain dan belajar, Nada harus melewati hari-harinya dalam diam dan keterbatasan.
Saat ini, satu-satunya harapan Nada adalah menjalani terapi intensif secara rutin di RS Nur Hidayah, Trimulyo, Jetis, Bantul. Terapi ini menjadi tumpuan utama agar ia bisa mengejar ketertinggalan tumbuh kembangnya dan memiliki kesempatan untuk hidup yang lebih baik. Namun, biaya terapi yang terus berlanjut menjadi tantangan berat bagi keluarganya yang hidup dalam keterbatasan.
Kedua orangtuanya Waldiyono (40) dan Hayati Ika Pristiana (35) terpaksa harus membanting tulang setiap hari untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga. Sehingga Nada kini tinggal bersama sang nenek yang setia merawatnya sejak kecil. Sosok sederhana itu berusaha sekuat tenaga memastikan cucunya bisa terus menjalani terapi dan mendapat perhatian medis yang layak. Meski kedua orangtuanya bekerja, keterbatasan finansial masih menjadi penghalang dalam setiap langkah pengobatan Nada.
Melalui program NU Care Sehat, LAZISNU mengajak #SahabatPeduli untuk bersama-sama meringankan beban keluarga Dek Nada Razani. Uluran tangan Anda akan membantu pembiayaan terapi, transportasi ke rumah sakit, kebutuhan nutrisi khusus, dan biaya harian selama masa perawatan.
#SahabatPeduli dapat berkontribusi membantu Dek Nada dengan cara:
Mari bantu wujudkan harapan kecil Nada untuk bisa berbicara dan melangkah di dunia ini seperti anak-anak lainnya. Karena setiap anak berhak untuk tumbuh dan bahagia.
Kebutuhan Dana 20.000.000
Dana Terkumpul 0
0 Donatur
92 Hari lagi
Di sebuah sudut Dusun Balong RT 02 RW 02, Kelurahan Girikarto, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, DIY hidup seorang anak perempuan bernama Nada Razani. Di usianya yang baru menginjak 8 tahun, Nada belum mampu berbicara, duduk, ataupun berjalan sehingga setiap harinya ia hanya bisa terbaring, digendong dan didudukkan oleh sang nenek, Semi (64).
Nada mengalami kondisi ini setelah dinyatakan menderita Prolonged Fever dan Dengue Fever, dua penyakit yang berdampak besar terhadap perkembangan motorik dan kemampuan tubuhnya.
Prolonged Fever adalah kondisi demam yang berlangsung lebih dari 7 hari. Ini bisa menjadi pertanda adanya infeksi serius, baik virus maupun bakteri, dan dalam kasus tertentu dapat menyebabkan gangguan sistemik pada organ tubuh, termasuk otak dan sistem saraf pusat, yang berisiko menghambat tumbuh kembang anak.
Sementara itu, Dengue Fever atau demam berdarah dengue adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pada anak-anak, infeksi ini bisa lebih berat dan berpotensi menyebabkan komplikasi serius seperti kejang, gangguan peredaran darah, dan kerusakan organ dalam. Kombinasi kedua penyakit ini meninggalkan dampak jangka panjang yang cukup parah bagi Nada.
Akibatnya, hingga saat ini, Nada belum bisa mengucapkan sepatah kata pun, belum mampu merangkak, dan belum memiliki kontrol otot untuk menopang tubuhnya sendiri. Tak seperti anak seusianya yang bebas bermain dan belajar, Nada harus melewati hari-harinya dalam diam dan keterbatasan.
Saat ini, satu-satunya harapan Nada adalah menjalani terapi intensif secara rutin di RS Nur Hidayah, Trimulyo, Jetis, Bantul. Terapi ini menjadi tumpuan utama agar ia bisa mengejar ketertinggalan tumbuh kembangnya dan memiliki kesempatan untuk hidup yang lebih baik. Namun, biaya terapi yang terus berlanjut menjadi tantangan berat bagi keluarganya yang hidup dalam keterbatasan.
Kedua orangtuanya Waldiyono (40) dan Hayati Ika Pristiana (35) terpaksa harus membanting tulang setiap hari untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga. Sehingga Nada kini tinggal bersama sang nenek yang setia merawatnya sejak kecil. Sosok sederhana itu berusaha sekuat tenaga memastikan cucunya bisa terus menjalani terapi dan mendapat perhatian medis yang layak. Meski kedua orangtuanya bekerja, keterbatasan finansial masih menjadi penghalang dalam setiap langkah pengobatan Nada.
Melalui program NU Care Sehat, LAZISNU mengajak #SahabatPeduli untuk bersama-sama meringankan beban keluarga Dek Nada Razani. Uluran tangan Anda akan membantu pembiayaan terapi, transportasi ke rumah sakit, kebutuhan nutrisi khusus, dan biaya harian selama masa perawatan.
#SahabatPeduli dapat berkontribusi membantu Dek Nada dengan cara:
Mari bantu wujudkan harapan kecil Nada untuk bisa berbicara dan melangkah di dunia ini seperti anak-anak lainnya. Karena setiap anak berhak untuk tumbuh dan bahagia.
Belum ada kabar terbaru