Di awal kelahiran Abhizar, semua berjalan dengan baik. Bhizar tumbuh seperti anak-anak lain seusianya. Namun, orangtuanya mulai sadar saat Bhizar masuk usia 15 bulan. Ada kejanggalan karena Bhizar sama sekali belum bisa mengucapkan sepatah kata pun.
“Jadi curiganya itu pas Bhizar di umur lima belas bulanan, kok dia sama sekali belum bisa panggil papa-mama seperti anak-anak kebanyakan. Tapi ya saya pikir, paling hanya telat bicara saja,” ucap sang ibu, Ima Handayani (33) mengawali cerita.
Namun tiga bulan setelahnya, Ima dan suaminya, Sujianto (37) memberanikan diri untuk memeriksakan putranya tersebut ke dokter.
“Kami dapat saran dari dokter bahwa Bhizar sebaiknya melakukan terapi bicara. Setelah kami beberapa kali mengikuti terapi tersebut, terapisnya menyarankan agar Bhizar dites pendengarannya, karena kurang adanya respon terhadap suara,” jelas Sujianto.
Kemudian, dari hasil tes pendengaran, Bhizar harus melakukan implan koklea (organ yang berada dalam telinga dengan bentuk mirip rumah siput, yang berfungsi mengambil getaran suara dan mengirimnya ke otak melalui saraf pendengaran).
“Lemas, Mba, setelah tahu hasilnya. Gangguan pendengaran Bhizar termasuk sangat berat karena di atas seratus dB (desibel). Hati kami rasanya hancur seketika. Hampir tiga bulan, kami hanya mengurung diri dan mencoba untuk perlahan bangkit menerima kenyataan, membaca artikel-artikel kesehatan di internet hingga menemui para orangtua dengan anak yang bernasib sama dengan Bhizar,” ungkap Sujianto kepada tim NU Care-LAZISNU.
Ima menjelaskan, dengan gangguan pendengaran tersebut, menurut dokter jalan satu-satunya Bhizar harus implan koklea.
“Kami bingung Mba, karena biaya untuk implan koklea tidaklah murah. Meski biaya hidup kami alhamdulillah cukup, namun tabungan kami tidak seberapa jumlahnya. Total biaya yang diperlukan untuk pengobatan Bhizar sampe Rp. 315.000.000,- (Tiga Ratus Lima Belas Juta Rupiah). Belum lagi, ada proses pra-implan yang juga membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Tapi kami tetap tidak boleh putus asa,” ucap sang ibu.
Terhitung dari Bulan Agustus 2020, lanjutnya, Bhizar sudah menjalani berbagai proses pra-implan di antaranya yaitu, tes lab, thorax, CT scan, MRI, konsultasi dengan dokter anak, dokter gizi, psikolog, hingga psikiater.
“Pra implan sudah hampir selesai. Besok kami akan berkonsultasi lagi dengan dokter. Kami harus tetap optimis dengan doa dan ikhtiar untuk dapat menyembuhkan anak kami. Tapi, tentu kami pasti akan merasa terbantu, jika sekiranya ada para dermawan yang dengan sukarela membantu kami,” harap Sujianto.
Mari bersama bantu Bhizar segera implan koklea agar dia dapat mendengar dan belajar berbicara dengan cara:
Kebutuhan Dana 315.000.000
Dana Terkumpul 8.354.897
Donatur
0 Hari lagi
Di awal kelahiran Abhizar, semua berjalan dengan baik. Bhizar tumbuh seperti anak-anak lain seusianya. Namun, orangtuanya mulai sadar saat Bhizar masuk usia 15 bulan. Ada kejanggalan karena Bhizar sama sekali belum bisa mengucapkan sepatah kata pun.
“Jadi curiganya itu pas Bhizar di umur lima belas bulanan, kok dia sama sekali belum bisa panggil papa-mama seperti anak-anak kebanyakan. Tapi ya saya pikir, paling hanya telat bicara saja,” ucap sang ibu, Ima Handayani (33) mengawali cerita.
Namun tiga bulan setelahnya, Ima dan suaminya, Sujianto (37) memberanikan diri untuk memeriksakan putranya tersebut ke dokter.
“Kami dapat saran dari dokter bahwa Bhizar sebaiknya melakukan terapi bicara. Setelah kami beberapa kali mengikuti terapi tersebut, terapisnya menyarankan agar Bhizar dites pendengarannya, karena kurang adanya respon terhadap suara,” jelas Sujianto.
Kemudian, dari hasil tes pendengaran, Bhizar harus melakukan implan koklea (organ yang berada dalam telinga dengan bentuk mirip rumah siput, yang berfungsi mengambil getaran suara dan mengirimnya ke otak melalui saraf pendengaran).
“Lemas, Mba, setelah tahu hasilnya. Gangguan pendengaran Bhizar termasuk sangat berat karena di atas seratus dB (desibel). Hati kami rasanya hancur seketika. Hampir tiga bulan, kami hanya mengurung diri dan mencoba untuk perlahan bangkit menerima kenyataan, membaca artikel-artikel kesehatan di internet hingga menemui para orangtua dengan anak yang bernasib sama dengan Bhizar,” ungkap Sujianto kepada tim NU Care-LAZISNU.
Ima menjelaskan, dengan gangguan pendengaran tersebut, menurut dokter jalan satu-satunya Bhizar harus implan koklea.
“Kami bingung Mba, karena biaya untuk implan koklea tidaklah murah. Meski biaya hidup kami alhamdulillah cukup, namun tabungan kami tidak seberapa jumlahnya. Total biaya yang diperlukan untuk pengobatan Bhizar sampe Rp. 315.000.000,- (Tiga Ratus Lima Belas Juta Rupiah). Belum lagi, ada proses pra-implan yang juga membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Tapi kami tetap tidak boleh putus asa,” ucap sang ibu.
Terhitung dari Bulan Agustus 2020, lanjutnya, Bhizar sudah menjalani berbagai proses pra-implan di antaranya yaitu, tes lab, thorax, CT scan, MRI, konsultasi dengan dokter anak, dokter gizi, psikolog, hingga psikiater.
“Pra implan sudah hampir selesai. Besok kami akan berkonsultasi lagi dengan dokter. Kami harus tetap optimis dengan doa dan ikhtiar untuk dapat menyembuhkan anak kami. Tapi, tentu kami pasti akan merasa terbantu, jika sekiranya ada para dermawan yang dengan sukarela membantu kami,” harap Sujianto.
Mari bersama bantu Bhizar segera implan koklea agar dia dapat mendengar dan belajar berbicara dengan cara:
26/03/2021
Bekasi, NU Care
Abhizar Kenzie Ravindra (3 th) adalah penderita gangguan pendengaran yang didiagnosa menderita Developmental disorder of speech and language, unspecified dan harus menjalani implan koklea yang biayanya tidak sedikit. Untuk itu, PP NU Care-LAZISNU menggalang donasi melalui nucare.id untuk sedikit membantu biaya pengobatan tersebut.
Jumat, 26 Maret 2021 dibantu oleh NU Care-LAZISNU Kabupaten Bekasi, PP NU Care-LAZISNU salurkan dana donasi dari para donatur yang telah berbaik hati mendonasikan sebagian rezekinya, yakni sejumlah Rp. 8.204.897,00.
Ketua NU Care-LAZISNU Kabupaten Bekasi, Salman Al Hakimi menyatakan terima kasihnya kepada para donatur yang turut membantu Abhizar,
"Alhamdulillah, campaign ini merupakan campaign yang digalang oleh NU Care-LAZISNU Pusat melalui nucare.id dan NU Care-LAZISNU Kabupaten Bekasi berkesempatan untuk menyalurkan hasil penggalangan tersebut. Semoga ini (donasi) menjadi manfaat bagi Abhizar dan menjadi ladang pahala bagi para donatur." Ujarnya.
Ima Handayani (33), Ibunda Abhizar juga turut menuturkan rasa terima kasihnya untuk para donatur yang telah membantu Abhizar
"Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada semua donatur yang sudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk anak saya, Abhizar. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda, dimurahkan rezekinya, dan semoga selalu berkah. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih, semoga Allah yang membalasanya." ucapnya dengan sepenuh hati.