Albyan Davie Ardiaz (Byan) adalah balita yang sejak lahir harus berjuang melawan jantung bocor. Di usianya yang keempat, kini kondisinya semakin berat. Tubuh mungilnya hanya mampu terbaring lemah, menangis kesakitan setiap hari karena sesak dan nyeri di dadanya.
Byan dan keluarganya tinggal di Desa Klokah, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sebuah desa kecil yang jauh dari fasilitas kesehatan memadai. Di tempat inilah perjuangan panjang Byan dimulai.
Menurut informasi dari sang ayah, Saeful Bahri (30), Byan telah menjalani operasi jantung pertama di RSUP Kariadi Semarang lalu dirujuk ke Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Namun, pascaoperasi muncul masalah baru yang sangat mengkhawatirkan yakni penumpukan cairan di paru-paru yang terjadi berulang dan mengancam pernapasannya.
“Kondisi paru-paru Byan banyak cairan dan setiap tarikan napas yang sulit membuat Byan harus dipasangi selang khusus untuk mengeluarkan cairan tersebut,” ucap Saeful.
Tim dokter telah merencanakan tindakan pleurodesis, operasi untuk menghentikan penumpukan cairan. Namun sebelum itu dilakukan, dokter mengatakan jika terapi obat berhasil mengurangi cairan, Byan bisa terhindar dari operasi lanjutan.
Sayangnya, obat yang harus diberikan selama satu minggu penuh tidak ditanggung BPJS. Dalam seminggu Byan membutuhkan 63 ampul, dengan harga Rp142.000 per ampul, sehingga total biayanya mencapai Rp 8.946.000 per minggu.
Biaya yang sangat besar bagi keluarga kecil ini, mengingat ayahnya bekerja sebagai pedagang sayur keliling dengan penghasilan pas-pasan. Sementara ibunya, Sriyatun Mujayana (29), setiap hari setia mendampingi Byan di rumah sakit.
Demi menyelamatkan buah hatinya, keluarga Byan telah menjual tanah dan berbagai perabot rumah. Namun biaya pengobatan Byan terus meningkat, sementara semua harta sudah habis.
“Tanah dan perabotan sudah terjual, Mas, demi Byan,” ucap Bu Sri sambil menangis kepada Tim NU Care–LAZISNU Blora.
Kini, pascaoperasi, dengan kondisi paru-paru yang kembali bermasalah dan biaya obat yang harus dibeli terus-menerus, Saeful dan Sri benar-benar tidak tahu harus bergantung kepada siapa lagi. Yang mereka miliki hanya doa dan harapan agar Byan bisa sehat dan suatu hari berlari ceria seperti anak-anak lain.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU Blora mengajak #SahabatPeduli untuk ikut berpartisipasi membantu pengobatan Byan dengan cara:
Secercah harapan Byan kini bergantung pada uluran tanganmu. Mari bantu Byan sembuh dan tumbuh seperti teman-teman seusianya.
Kebutuhan Dana 100.000.000
Dana Terkumpul 300.000
0 Donatur
92 Hari lagi
Albyan Davie Ardiaz (Byan) adalah balita yang sejak lahir harus berjuang melawan jantung bocor. Di usianya yang keempat, kini kondisinya semakin berat. Tubuh mungilnya hanya mampu terbaring lemah, menangis kesakitan setiap hari karena sesak dan nyeri di dadanya.
Byan dan keluarganya tinggal di Desa Klokah, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sebuah desa kecil yang jauh dari fasilitas kesehatan memadai. Di tempat inilah perjuangan panjang Byan dimulai.
Menurut informasi dari sang ayah, Saeful Bahri (30), Byan telah menjalani operasi jantung pertama di RSUP Kariadi Semarang lalu dirujuk ke Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Namun, pascaoperasi muncul masalah baru yang sangat mengkhawatirkan yakni penumpukan cairan di paru-paru yang terjadi berulang dan mengancam pernapasannya.
“Kondisi paru-paru Byan banyak cairan dan setiap tarikan napas yang sulit membuat Byan harus dipasangi selang khusus untuk mengeluarkan cairan tersebut,” ucap Saeful.
Tim dokter telah merencanakan tindakan pleurodesis, operasi untuk menghentikan penumpukan cairan. Namun sebelum itu dilakukan, dokter mengatakan jika terapi obat berhasil mengurangi cairan, Byan bisa terhindar dari operasi lanjutan.
Sayangnya, obat yang harus diberikan selama satu minggu penuh tidak ditanggung BPJS. Dalam seminggu Byan membutuhkan 63 ampul, dengan harga Rp142.000 per ampul, sehingga total biayanya mencapai Rp 8.946.000 per minggu.
Biaya yang sangat besar bagi keluarga kecil ini, mengingat ayahnya bekerja sebagai pedagang sayur keliling dengan penghasilan pas-pasan. Sementara ibunya, Sriyatun Mujayana (29), setiap hari setia mendampingi Byan di rumah sakit.
Demi menyelamatkan buah hatinya, keluarga Byan telah menjual tanah dan berbagai perabot rumah. Namun biaya pengobatan Byan terus meningkat, sementara semua harta sudah habis.
“Tanah dan perabotan sudah terjual, Mas, demi Byan,” ucap Bu Sri sambil menangis kepada Tim NU Care–LAZISNU Blora.
Kini, pascaoperasi, dengan kondisi paru-paru yang kembali bermasalah dan biaya obat yang harus dibeli terus-menerus, Saeful dan Sri benar-benar tidak tahu harus bergantung kepada siapa lagi. Yang mereka miliki hanya doa dan harapan agar Byan bisa sehat dan suatu hari berlari ceria seperti anak-anak lain.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU Blora mengajak #SahabatPeduli untuk ikut berpartisipasi membantu pengobatan Byan dengan cara:
Secercah harapan Byan kini bergantung pada uluran tanganmu. Mari bantu Byan sembuh dan tumbuh seperti teman-teman seusianya.
Belum ada kabar terbaru