Muharram 1447 Hijriah akan segera tiba. Bulan pembuka dalam kalender Hijriah ini dikenal sebagai bulan yang penuh kemuliaan. Di antara hari-hari penting dalam bulan ini, tanggal 10 Muharram atau Hari Asyura memiliki makna khusus dalam tradisi Islam, yakni sebagai Hari Rayanya Anak Yatim. Momen ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian kepada mereka yang kehilangan orang tua di usia dini.
Rasulullah Saw memberikan perhatian besar kepada anak yatim. Dalam sebuah hadis sahih:
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim itu akan masuk surga seperti ini,” sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari)
Bahkan, tindakan sederhana seperti mengusap kepala anak yatim pada Hari Asyura disebut mendatangkan ganjaran luar biasa. Hal ini menggambarkan bahwa menyayangi anak yatim bukan hanya tentang materi, melainkan juga tentang kehangatan dan penguatan jiwa mereka.
Menegaskan hal ini, Prof Quraish Shihab, tokoh intelektual dan mufassir Indonesia, menekankan bahwa perhatian terhadap anak yatim seharusnya tidak berhenti pada bantuan materi.
“Pemberian perhatian kepada anak yatim itu pada sisi mentalnya, pendidikannya. Karena itu, ayatnya turun: jangan hardik dia, jangan abaikan dia. Nanti setelah itu, baru ada perhatian, beri dia makan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa bantuan materi harus diarahkan untuk menunjang pembinaan mental dan pendidikan mereka.
“Kalau mau memberikan materi, maka berikanlah materi tersebut untuk pembiayaan mental dan pendidikannya,” ujar Menteri Agama RI Tahun 1998.
Tak hanya anak yatim, Islam juga memerintahkan untuk memperhatikan kaum duafa. Allah SWT berfirman:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 8)
Rasulullah Saw juga bersabda:
“Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya.” (HR. Muslim)
Keduanya tentu menjadi dasar kuat bahwa berbagi kepada sesama adalah wujud nyata dari keimanan dan kasih sayang sosial yang diajarkan oleh Islam.
Melalui momentum Muharram ini, NU Care-LAZISNU mengajak #SahabatPeduli untuk bersama-sama menyalurkan cinta kepada anak-anak yatim dan kaum duafa berupa:
#SahabatPeduli dapat berpartisipasi dengan cara:
Mari kita hadirkan senyum, harapan, dan masa depan yang lebih baik untuk mereka. Bukan hanya dengan sedekah materi, tetapi juga dengan mendukung pendidikan dan pembinaan mental mereka. Karena di balik tangan yang memberi, ada harapan yang tumbuh dan keberkahan yang mengalir
Kebutuhan Dana 100.000.000
Dana Terkumpul 100.000
0 Donatur
41 Hari lagi
Muharram 1447 Hijriah akan segera tiba. Bulan pembuka dalam kalender Hijriah ini dikenal sebagai bulan yang penuh kemuliaan. Di antara hari-hari penting dalam bulan ini, tanggal 10 Muharram atau Hari Asyura memiliki makna khusus dalam tradisi Islam, yakni sebagai Hari Rayanya Anak Yatim. Momen ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian kepada mereka yang kehilangan orang tua di usia dini.
Rasulullah Saw memberikan perhatian besar kepada anak yatim. Dalam sebuah hadis sahih:
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim itu akan masuk surga seperti ini,” sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari)
Bahkan, tindakan sederhana seperti mengusap kepala anak yatim pada Hari Asyura disebut mendatangkan ganjaran luar biasa. Hal ini menggambarkan bahwa menyayangi anak yatim bukan hanya tentang materi, melainkan juga tentang kehangatan dan penguatan jiwa mereka.
Menegaskan hal ini, Prof Quraish Shihab, tokoh intelektual dan mufassir Indonesia, menekankan bahwa perhatian terhadap anak yatim seharusnya tidak berhenti pada bantuan materi.
“Pemberian perhatian kepada anak yatim itu pada sisi mentalnya, pendidikannya. Karena itu, ayatnya turun: jangan hardik dia, jangan abaikan dia. Nanti setelah itu, baru ada perhatian, beri dia makan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa bantuan materi harus diarahkan untuk menunjang pembinaan mental dan pendidikan mereka.
“Kalau mau memberikan materi, maka berikanlah materi tersebut untuk pembiayaan mental dan pendidikannya,” ujar Menteri Agama RI Tahun 1998.
Tak hanya anak yatim, Islam juga memerintahkan untuk memperhatikan kaum duafa. Allah SWT berfirman:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 8)
Rasulullah Saw juga bersabda:
“Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya.” (HR. Muslim)
Keduanya tentu menjadi dasar kuat bahwa berbagi kepada sesama adalah wujud nyata dari keimanan dan kasih sayang sosial yang diajarkan oleh Islam.
Melalui momentum Muharram ini, NU Care-LAZISNU mengajak #SahabatPeduli untuk bersama-sama menyalurkan cinta kepada anak-anak yatim dan kaum duafa berupa:
#SahabatPeduli dapat berpartisipasi dengan cara:
Mari kita hadirkan senyum, harapan, dan masa depan yang lebih baik untuk mereka. Bukan hanya dengan sedekah materi, tetapi juga dengan mendukung pendidikan dan pembinaan mental mereka. Karena di balik tangan yang memberi, ada harapan yang tumbuh dan keberkahan yang mengalir
Belum ada kabar terbaru