Sejak akhir tahun 2020, berbagai bencana terus melanda negeri, mulai dari banjir yang merendam beberapa wilayah di Indonesia, tanah longsor, gempa bumi hingga eruspsi gunung berapi. Hingga kini, banyak saudara kita yang terpaksa masih tinggal di pengungsian, karena rusaknya tempat tinggal dan khawatir jika terjadi bencana susulan.
Menurut BNPB, sepanjang 1 Januari hingga 14 Maret 2021, berbagai bencana alam telah melanda Indonesia; yakni sebanyak 354 bencana banjir, 194 puting beliung, 155 tanah longsor, 78 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa bumi, 12 gelombang pasang dan abrasi, serta satu bencana kekeringan. Maka total bencana alam hingga hari ini sebanyak 810 kejadian.
Ibu Rina (58) yang merupakan warga terdampak banjir di Kalimantan Selatan mengatakan bahwa dirinya sudah mengungsi di sekolahan lebih dari sebulan.
“Rumah saya itu di belakang masjid, masih terendam banjir hingga sekarang. Kalau di sini (pengungsian) ‘kan udah surut. Pokoknya di sana sudah seperti laut, tingginya sepinggang orang dewasa,” ungkapnya.
Bu Rina mengaku merasa beruntung, karena banyak orang yang tetap mau membantu para pengungsi hingga saat ini.
“Alhamdulillah, sampai saat ini setidaknya kami masih bisa makan, tidak tahu lagi kalau tidak ada bantuan, pasti kelaparan,” ujarnya.
Wanita paruh baya yang berprofesi sebagai petani padi ini mengaku jika dirinya sudah tidak berpenghasilan semenjak banjir melanda.
“Saya berharap sekali agar dalam dua atau tiga hari ini banjir bisa surut. Sudah pusing saya di sini. Harusnya bulan 2 (Februari) kemarin sudah menanam padi, tapi malah begini. Bingung juga harus bagaimana. Ya sedih juga mau masak saja susah karena semuanya terendam,” tutupnya.
Selain Bu Rina, Pak Muhammad juga merupakan penyintas bencana yang kini telah mengungsi di posko banjir selama hampir sebulan. Karena barang bantuan pun masuk lewat posko.
“Semua barang masuk lewat posko utama dan jaraknya sekitar 2 kilometer, dan tidak bisa menggunakan kendaraan, harus jalan kaki,” tuturnya.
Bu Rina dan Pak Muhammad hanyalah sebagian dari mereka yang terdampak bencana. Bahkan, saat yang lain tengah mempersiapkan bulan Ramadhan, mereka terpaksa menyambutnya di pengungsian.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU menginisiasi program “Ramadhan Bangkit bersama Penyintas Bencana”, sebagai bentuk kepedulian kepada saudara-saudara yang terdampak bencana. Melalui program ini diharapkan mampu membawa semangat bagi mereka untuk segera bangkit di tengah keterpurukan.
Mari bersama bantu para penyintas bencana dengan berbagi paket kebahagian berupa:
Yuk, kirim bantuan untuk para penyintas bencana dengan cara:
Kebutuhan Dana 100.000.000
Dana Terkumpul 35.724.950
Donatur
0 Hari lagi
Sejak akhir tahun 2020, berbagai bencana terus melanda negeri, mulai dari banjir yang merendam beberapa wilayah di Indonesia, tanah longsor, gempa bumi hingga eruspsi gunung berapi. Hingga kini, banyak saudara kita yang terpaksa masih tinggal di pengungsian, karena rusaknya tempat tinggal dan khawatir jika terjadi bencana susulan.
Menurut BNPB, sepanjang 1 Januari hingga 14 Maret 2021, berbagai bencana alam telah melanda Indonesia; yakni sebanyak 354 bencana banjir, 194 puting beliung, 155 tanah longsor, 78 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa bumi, 12 gelombang pasang dan abrasi, serta satu bencana kekeringan. Maka total bencana alam hingga hari ini sebanyak 810 kejadian.
Ibu Rina (58) yang merupakan warga terdampak banjir di Kalimantan Selatan mengatakan bahwa dirinya sudah mengungsi di sekolahan lebih dari sebulan.
“Rumah saya itu di belakang masjid, masih terendam banjir hingga sekarang. Kalau di sini (pengungsian) ‘kan udah surut. Pokoknya di sana sudah seperti laut, tingginya sepinggang orang dewasa,” ungkapnya.
Bu Rina mengaku merasa beruntung, karena banyak orang yang tetap mau membantu para pengungsi hingga saat ini.
“Alhamdulillah, sampai saat ini setidaknya kami masih bisa makan, tidak tahu lagi kalau tidak ada bantuan, pasti kelaparan,” ujarnya.
Wanita paruh baya yang berprofesi sebagai petani padi ini mengaku jika dirinya sudah tidak berpenghasilan semenjak banjir melanda.
“Saya berharap sekali agar dalam dua atau tiga hari ini banjir bisa surut. Sudah pusing saya di sini. Harusnya bulan 2 (Februari) kemarin sudah menanam padi, tapi malah begini. Bingung juga harus bagaimana. Ya sedih juga mau masak saja susah karena semuanya terendam,” tutupnya.
Selain Bu Rina, Pak Muhammad juga merupakan penyintas bencana yang kini telah mengungsi di posko banjir selama hampir sebulan. Karena barang bantuan pun masuk lewat posko.
“Semua barang masuk lewat posko utama dan jaraknya sekitar 2 kilometer, dan tidak bisa menggunakan kendaraan, harus jalan kaki,” tuturnya.
Bu Rina dan Pak Muhammad hanyalah sebagian dari mereka yang terdampak bencana. Bahkan, saat yang lain tengah mempersiapkan bulan Ramadhan, mereka terpaksa menyambutnya di pengungsian.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU menginisiasi program “Ramadhan Bangkit bersama Penyintas Bencana”, sebagai bentuk kepedulian kepada saudara-saudara yang terdampak bencana. Melalui program ini diharapkan mampu membawa semangat bagi mereka untuk segera bangkit di tengah keterpurukan.
Mari bersama bantu para penyintas bencana dengan berbagi paket kebahagian berupa:
Yuk, kirim bantuan untuk para penyintas bencana dengan cara:
21/04/2021
Alhamdulillah, implementasi program (campaign) Ramadhan Bangkit bersama Penyintas Bencana sudah mulai dilakukan, sejak April 2021, seperti penyaluran paket 'dahar' (makanan untuk berbuka puasa) dan vitamin untuk penyintas banjir di NTT, yang disalurkan oleh NU Care-LAZISNU Sulawesi Tenggara (Sultra), pada 21 April 2021.
Penyaluran bantuan dilangsungkan di Posko Pengungsian Kantor Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.