“Dari tahun `81, tak ada mushola. Masjid terdekat untuk sholat Jumat 11 kilometer, ada di Desa Kiufatu. Kami naik ojeg kalau ada duit, kalau tak ada, jalan kaki,” ungkap Samsudin Tobeh (54), salah seorang warga kampung mualaf di Desa Oebelo, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat kami, NU Care-LAZISNU melakukan kunjungan pada 16 Juni 2021.
Kunjungan kami ke Timor Tengah Selatan (TTS) dalam rangka menyalurkan amanah dari para donatur, untuk menyerahkan bantuan kebutuhan pokok dan juga pembangunan MCK bagi warga di TTS yang terdampak bencana badai siklon tropis Seroja yang melanda provinsi NTT pada April lalu.
Kedatangan kami disambut dengan hangat oleh warga kampung mualaf, yang dihuni oleh 16 KK (31 jiwa) di rumah-rumah adat Lopo.
Dan, kami mendengar kabar bahwa warga setempat berencana membangun mushola pertamanya. Ya, sejak 1981, sudah 40 tahun ini, warga kampung mualaf belum memiliki tempat ibadah bersama-sama.
Samsudin Tobeh yang merupakan Penanggungjawab Pembangunan Mushola mengatakan, masjid terdekat adalah Masjid Al Ikhlas Oehani, yang berada di Desa Kiufatu, di Kecamatan Kualin, dengan jarak tempuh 11 kilometer.
Pernyataan Samsudin Tobeh dibenarkan oleh Milyakim Ton (49) selaku Ketua RT, bahwa yang menjadi kendala bagi jamaah muslim di kampung mualaf adalah tempat ibadah.
“Tiap hari Jumat warga mesti pergi ibadah ke lain desa. Yang ada uang yang bisa ke masjid (dengan ojeg). Yang tidak punya uang, hari Jumat di rumah saja,” jelasnya.
Milyakim Ton sangat mendukung pembangunan tempat ibadah bagi warganya yang muslim.
“Dibukakan oleh jalan Tuhan. Dari tahun 1981 sampai 2021, 40 tahun baru terjawab pembangunan mushola. Kita berharap, kita sama-sama menghadap ke Allah, sesuai kehendak Allah,” tuturnya.
Ketua NU Care-LAZISNU Provinsi NTT, Abdul Syukur, menyampaikan bahwa warga setempat sudah memiliki lahan 35 x 50 meter persegi untuk rencana pembangunan mushola, namun sayangnya belum ada dana yang mencukupi untuk biaya pembangunan.
Pihak NU Care-LAZISNU NTT memproyeksikan rencana anggaran biaya untuk pembangunan mushola berukuran 10 x 10 meter persegi, sekitar 150 sampai 200 juta rupiah; dari mulai pengukuran, pekerjaan beton, lantai, atap, plafond, instalasi listrik hingga tahap finishing.
“Kita perlu bangun mushola untuk warga kampung mualaf. Kita perlu bantu. Mereka kalau mau sholat Jumat jauh sekali. Kalau masih kuat, jalan kaki, kalau nggak kuat? Mari kita bantu!” Ajak Syukur.
Ya, mari kita bantu warga kampung mualaf di NTT, untuk membangun mushola pertamanya, dengan cara:
Kebutuhan Dana 200.000.000
Dana Terkumpul 39.109.110
0 Donatur
0 Hari lagi
“Dari tahun `81, tak ada mushola. Masjid terdekat untuk sholat Jumat 11 kilometer, ada di Desa Kiufatu. Kami naik ojeg kalau ada duit, kalau tak ada, jalan kaki,” ungkap Samsudin Tobeh (54), salah seorang warga kampung mualaf di Desa Oebelo, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat kami, NU Care-LAZISNU melakukan kunjungan pada 16 Juni 2021.
Kunjungan kami ke Timor Tengah Selatan (TTS) dalam rangka menyalurkan amanah dari para donatur, untuk menyerahkan bantuan kebutuhan pokok dan juga pembangunan MCK bagi warga di TTS yang terdampak bencana badai siklon tropis Seroja yang melanda provinsi NTT pada April lalu.
Kedatangan kami disambut dengan hangat oleh warga kampung mualaf, yang dihuni oleh 16 KK (31 jiwa) di rumah-rumah adat Lopo.
Dan, kami mendengar kabar bahwa warga setempat berencana membangun mushola pertamanya. Ya, sejak 1981, sudah 40 tahun ini, warga kampung mualaf belum memiliki tempat ibadah bersama-sama.
Samsudin Tobeh yang merupakan Penanggungjawab Pembangunan Mushola mengatakan, masjid terdekat adalah Masjid Al Ikhlas Oehani, yang berada di Desa Kiufatu, di Kecamatan Kualin, dengan jarak tempuh 11 kilometer.
Pernyataan Samsudin Tobeh dibenarkan oleh Milyakim Ton (49) selaku Ketua RT, bahwa yang menjadi kendala bagi jamaah muslim di kampung mualaf adalah tempat ibadah.
“Tiap hari Jumat warga mesti pergi ibadah ke lain desa. Yang ada uang yang bisa ke masjid (dengan ojeg). Yang tidak punya uang, hari Jumat di rumah saja,” jelasnya.
Milyakim Ton sangat mendukung pembangunan tempat ibadah bagi warganya yang muslim.
“Dibukakan oleh jalan Tuhan. Dari tahun 1981 sampai 2021, 40 tahun baru terjawab pembangunan mushola. Kita berharap, kita sama-sama menghadap ke Allah, sesuai kehendak Allah,” tuturnya.
Ketua NU Care-LAZISNU Provinsi NTT, Abdul Syukur, menyampaikan bahwa warga setempat sudah memiliki lahan 35 x 50 meter persegi untuk rencana pembangunan mushola, namun sayangnya belum ada dana yang mencukupi untuk biaya pembangunan.
Pihak NU Care-LAZISNU NTT memproyeksikan rencana anggaran biaya untuk pembangunan mushola berukuran 10 x 10 meter persegi, sekitar 150 sampai 200 juta rupiah; dari mulai pengukuran, pekerjaan beton, lantai, atap, plafond, instalasi listrik hingga tahap finishing.
“Kita perlu bangun mushola untuk warga kampung mualaf. Kita perlu bantu. Mereka kalau mau sholat Jumat jauh sekali. Kalau masih kuat, jalan kaki, kalau nggak kuat? Mari kita bantu!” Ajak Syukur.
Ya, mari kita bantu warga kampung mualaf di NTT, untuk membangun mushola pertamanya, dengan cara:
Belum ada kabar terbaru