Mengarungi abad ke-2 Nahdlatul Ulama, gelora Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) Annahdliyah di Jepang semakin menguat. Masjid At-Taqwa Ibaraki saksinya. Masjid yang berlokasi di Ibaraki Ken Higashi Yamatan Koga City 933-3 menjadi masjid NU pertama di Jepang yang menjadi tempat kegiatan keislaman bagi puluhan ribu Nahdliyin di seluruh Jepang.
Ketua LAZISNU Jepang, M Muntaha menjelaskan ada sekitar 70.000 Nahdliyin yang tersebar di seluruh wilayah Jepang. “Paling banyak di sini, di Kota Koga,” tambahnya.
Dengan kapasitas masjid yang dapat menampung 400-500 jamaah, warga muslim terutama Nahdliyin berharap ada tempat yang lebih memadai dan inklusif untuk berkegiatan. Tak hanya untuk jamaah, namun juga warga lokal jepang.
Pasalnya, kegiatan keislaman di Masjid At-Taqwa seperti Maulid, Yasinan, Tahlilan, Jumatan, hingga Sholat Ied menarik atensi positif dari warga lokal Jepang. Keakraban dan kekeluargaan yang terpancar menjadi penyegaran dari persepsi negatif akan umat Islam. Awalnya takut, menjadi takjub. Terhitung, sudah ada 25 warga lokal yang berikrar menjadi muslim.
Adalah Tazuke Noriaki, seorang mualaf yang menjadi pengurus PCINU Jepang sekaligus Ketua Mualaf Center Jepang. Dirinya, yang kini sudah berganti nama menjadi Muhammad Zaki berharap dapat memperkaya mualaf dengan pengetahuan Islam yang komprehensif.
Berangkat dari aspirasi tersebut, LAZISNU PCINU Jepang dan LAZISNU PBNU mengajak seluruh #SahabatPeduli untuk turut berkontribusi dalam pembangunan Pesantren NU pertama di Jepang yang berhaluan Islam Aswaja Annahdliyah. Harapannya, pesantren ini akan menjadi pusat kegiatan keislaman bagi warga muslim di Jepang, terutama Nahdliyin beserta keluarga, dan menjadi salah satu cara untuk mendakwahkan agama Allah.
Terkini, pembangunan pesantren sedang memasuki tahap renovasi lahan dan bangunan. Sebagian lahan merupakan tanah wakaf yang berasal dari donatur dan warga lokal Jepang. Kini, pembangunan masih membutuhkan biaya sebesar Rp 501.456.910,54 dan pembebasan lahan seluas 608 m2.
Mari membersamai perjuangan Nahdliyin di Jepang untuk membangun Pesantren NU pertama di Jepang untuk dapat menyebarkan nilai-nilai keislaman yang ramah dan moderat. Caranya:
Kebutuhan Dana 501.456.910
Dana Terkumpul 4.903.000
0 Donatur
0 Hari lagi
Mengarungi abad ke-2 Nahdlatul Ulama, gelora Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) Annahdliyah di Jepang semakin menguat. Masjid At-Taqwa Ibaraki saksinya. Masjid yang berlokasi di Ibaraki Ken Higashi Yamatan Koga City 933-3 menjadi masjid NU pertama di Jepang yang menjadi tempat kegiatan keislaman bagi puluhan ribu Nahdliyin di seluruh Jepang.
Ketua LAZISNU Jepang, M Muntaha menjelaskan ada sekitar 70.000 Nahdliyin yang tersebar di seluruh wilayah Jepang. “Paling banyak di sini, di Kota Koga,” tambahnya.
Dengan kapasitas masjid yang dapat menampung 400-500 jamaah, warga muslim terutama Nahdliyin berharap ada tempat yang lebih memadai dan inklusif untuk berkegiatan. Tak hanya untuk jamaah, namun juga warga lokal jepang.
Pasalnya, kegiatan keislaman di Masjid At-Taqwa seperti Maulid, Yasinan, Tahlilan, Jumatan, hingga Sholat Ied menarik atensi positif dari warga lokal Jepang. Keakraban dan kekeluargaan yang terpancar menjadi penyegaran dari persepsi negatif akan umat Islam. Awalnya takut, menjadi takjub. Terhitung, sudah ada 25 warga lokal yang berikrar menjadi muslim.
Adalah Tazuke Noriaki, seorang mualaf yang menjadi pengurus PCINU Jepang sekaligus Ketua Mualaf Center Jepang. Dirinya, yang kini sudah berganti nama menjadi Muhammad Zaki berharap dapat memperkaya mualaf dengan pengetahuan Islam yang komprehensif.
Berangkat dari aspirasi tersebut, LAZISNU PCINU Jepang dan LAZISNU PBNU mengajak seluruh #SahabatPeduli untuk turut berkontribusi dalam pembangunan Pesantren NU pertama di Jepang yang berhaluan Islam Aswaja Annahdliyah. Harapannya, pesantren ini akan menjadi pusat kegiatan keislaman bagi warga muslim di Jepang, terutama Nahdliyin beserta keluarga, dan menjadi salah satu cara untuk mendakwahkan agama Allah.
Terkini, pembangunan pesantren sedang memasuki tahap renovasi lahan dan bangunan. Sebagian lahan merupakan tanah wakaf yang berasal dari donatur dan warga lokal Jepang. Kini, pembangunan masih membutuhkan biaya sebesar Rp 501.456.910,54 dan pembebasan lahan seluas 608 m2.
Mari membersamai perjuangan Nahdliyin di Jepang untuk membangun Pesantren NU pertama di Jepang untuk dapat menyebarkan nilai-nilai keislaman yang ramah dan moderat. Caranya:
13/10/2024
Pembangunan Pesantren NU yang digagas Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang kini mencapai 70 persen. Berlokasi di Masjid At-Taqwa Ibaraki, Koga City., pesantren tersebut akan menjadi wadah belajar bagi 70.000 Nahdliyin yang tersebar di seluruh Jepang.
Ketua LAZISNU Jepang, M Muntaha mengungkapkan sekitar 30 persen pekerjaan yang perlu diselesaikan adalah pembangunan bilik santri dan bilik ustadz. Meski pembangunan belum selesai seratus persen, kegiatan keagamaan di pesantren ini sudah berjalan dengan lancar.
"Saat ini sudah ada kegiatan rutin seperti kegiatan di TPQ, kajian kitab, serta pembacaan Ratib dan shalawatan," ujar Muntaha, Rabu (9/10/2024).
Dia mengatakan, pada 16 Agustus 2024, pesantren telah menerima dana hasil penggalangan di crowdfunding nucare.id sebesar 34.000 yen atau setara Rp3.281.300. Dana ini digunakan untuk pembayaran tukang yang memasang pompa sumber air.
Muntaha menuturkan antusiasme warga NU di Jepang semakin meningkat dengan adanya kegiatan keagamaan yang kian rutin diadakan.
"Hal ini tidak hanya mempererat tali silaturahim antarwarga, tetapi juga mendorong partisipasi warga lokal Jepang. Masjid At-Taqwa, yang menjadi pusat kegiatan ini telah menjadi tempat dakwah yang inklusif dan menarik perhatian masyarakat setempat, termasuk para mualaf," tuturnya.
Saat ini, lanjutnya, LAZISNU PCINU Jepang masih membutuhkan dukungan finansial untuk menyelesaikan pembangunan pesantren.
"Kami mengajak para dermawan untuk terus membersamai perjuangan ini. Bersama, kita dapat mewujudkan harapan besar untuk mendirikan pesantren NU pertama di Jepang yang akan menjadi pusat kegiatan keislaman yang moderat baik bagi Nahdliyin maupun masyarakat Jepang," pungkasnya.