Safar, bulan kedua dalam tarikh Hijriah ini memiliki arti sepi atau sunyi. Arti ini merujuk pada keadaan senyapnya rumah masyarakat Arab pada bulan Safar, dikarenakan perang dan bepergian. Bulan Safar juga dikenal sebagai bulan penuh bala atau kesialan. Beredar kabar bahwa pada bulan Safar akan terjadi banyak musibah dan cobaan dibanding bulan-bulan lainnya. Sehingga banyak orang yang enggan mengadakan acara, bepergian, dan lantas melakukan amalan khusus untuk menghindari musibah di bulan Safar.
Kendati demikian, dijelaskan oleh Ibnu Rajab al-Hanbali bahwa bulan Safar bukanlah bulan musibah.
“Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa.” (HR. Bukhari)
Setiap bulan memiliki keutamaannya masing-masing. Bulan Safar pun demikian. Yuk, simak apa saja yang bisa kita maksimalkan:
1. Meningkatkan Keimanan
Sebagai umat Islam, tentu kita wajib berkeyakinan bahwa pengaruh baik maupun buruk ada dengan seizin Allah Swt. Dengan tidak memercayai hal tersebut dan beriman pada takdir Allah, bulan Safar menjadi bulan penguji keimanan. Melalui syairnya dalam Lathâif al-Ma’ârif fîmâ li Mawâsim al-‘Am min al-Wadhâif, Syekh Ibnu Rajab al-Hanbali berpesan,
“Betapa banyak orang yang memiliki tuntutan, maka ini telah datang bulan Safar kepada kita. Bulan yang disertai dengan kemenangan, taufik, dan keberhasilan.”
2. Memperbanyak Ibadah
Beribadah dengan tujuan semata-mata mengharap ridho Allah Swt menjadi bukti bahwa seorang muslim tidak memercayai khurafat.
“Maka mulailah berbuat sesuatu yang akan membuatmu senang di hari kembali (hari kiamat), maka di sana engkau akan melihat kebaikan.” (Syekh Ibnu Rajab al-Hanbali)
Menjalankan sholat sunnah, menolong orang di jalan, berpuasa, dan bersedekah dapat kita lakukan tanpa memandang hari ataupun bulan tertentu. Terlebih jika bersedekah yang bermanfaat bagi masyarakat luas, seperti bersedekah untuk pembangunan Jembatan Cawiri di Pelosok Tasikmalaya, yang kondisinya hampir ambruk.
Jembatan tersebut sangat penting keberadaannya, karena menjadi akses ekonomi, pendidikan, dan kegiatan sosial lainnya. Jika jembatan itu ambruk, warga harus menempuh jarak 5 kilometer sebagai jalan alternatif, dengan kondisi jalan yang sangat rusak dan terbatasnya alat transportasi menjadi jalan alternatif itu sulit dijangkau.
Untuk itu, mari bersedekah untuk bantu pembangunan Jembatan Cawiri melalui laman nucare.id/program/bangunjembatan
Sumber: NU Online