Kondisi perang di Sudan. (Foto: Instagram @ana.sudani)

Bagikan:  

Cerita Mahasiswa NU Soal Perang di Sudan: Penyebab Konflik dan Dampaknya

By Noerhadi

09/05/2023

487 kali dilihat

Jakarta, NU Care
Perang di negara Sudan yang pecah pada Sabtu 15 April 2023 telah menewaskan ratusan orang, ribuan orang luka-luka dan mengungsi ke luar negara itu. Merespon peristiwa tersebut, pemerintah Indonesia terus melakukan evakuasi bagi WNI yang berada di Sudan. Berdasar data KBRI Khartoum, terdapat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan, yang sebagian besarnya adalah mahasiswa. Dikutip dari Kumparan, Senin (8/05/2023), Presiden Joko Widodo melaporkan jumlah WNI yang telah dievakuasi sebanyak 969 orang.

Pewarta NUcare.id, Wahyu Noerhadi, berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan salah seorang mahasiswa, Ramadhan Effendi yang sedang studi di Sudan dan telah dievakuasi, pulang ke Indonesia.

Ramadhan Effendi yang juga Wakil Tanfidziyah 1 PCINU Sudan, masuk dalam rombongan kedua yang ikut dievakuasi oleh Pemerintah Indonesia, karena dampak perang di Sudan. Pada Selasa (2/05/2023), dirinya bersama pengurus PCINU Sudan yang lain berkesempatan untuk silaturahmi ke Gedung PBNU dan ke kantor NU Care-LAZISNU di Jakarta. Pewarta NUcare.id secara langsung melakukan wawancara dengannya. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana perjalanan pulang dari Sudan ke Indonesia?

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, kami mahasiswa telah dievakuasi dari Sudan, dan dapat pulang dengan selamat, walaupun memang di dalam perjalanan banyak sekali tantangan-tantangan yang membuat perjalanan kami sangat berat, dari mulai proses evakuasi awal.

Bisa diceritakan peristiwa saat pecahnya perang di Sudan?

Perang di Sudan ini pertama kali pecah sekitar satu minggu sebelum lebaran, tepatnya hari Sabtu (15 April 2023), ketika kondisi kami sedang berpuasa. Kira-kira jam sembilan pagi, di mana didukung dengan cuaca Sudan yang sangat panas, sekitar 45 derajat Celcius.

Saat itu kami yang berada di luar asrama, kondisinya berbeda dari teman-teman yang tinggal di asrama. Awalnya kami kira itu hanya demo biasa, tapi teman-teman di asrama sudah merasakan tanda-tanda perang, karena letak asrama bersebelahan dengan markas militer yang menjadi salah satu titik perang. Hingga membuat para teman-teman mahasiswa dan mahasiswi di asrama sangat panik, akhirnya mereka menjadi yang pertama kali diungsikan ke aula besar salah satu kampus kami di Universitas Internasional Afrika.

Bagaimana kondisi perang yang terjadi di Sudan, siapa atau apa sebabnya?

Untuk kondisi peperangan Sudan tentunya sangat mencekam, karena memang ini benar-benar pertarungan antara dua jenderal besar, yang jabatannya setelah kudeta memegang atau menjadi pemangku kekuasaan di masa transisi. Yang satunya adalah sebagai ketua transisi, dan jenderal yang satunya sebagai wakil ketua transisi. Jadi, konflik ini adalah pertarungan dari dua jenderal besar yang sama-sama memiliki pasukan militer. Yang satu dari militer resmi Sudan dan yang satu lagi dari paramiliter atau militer bayaran.

Tentunya perang ini sangat mencekam, karena salah satu medan perang adalah pemukiman warga yang rata-rata WNI tinggal di situ.

Bagaimana proses evakuasi dan kondisi terakhir di sana?

Kondisi saat ini sebelum kami dipulangkan, kami dievakuasi dalam keadaan memang sudah ada mediasi dari PBB yang meminta agar kedua belah pihak melakukan gencatan senjata, supaya warga-warga dari negara asing bisa melakukan evakuasi. Jadi, ketika kami dievakuasi suasananya sudah tidak lagi separah di awal perang, walaupun masih ada tembakan-tembakan dan pengeboman di beberapa titik tertentu.

Untuk kondisi saat ini masih dalam masa gencatan senjata yang memungkinkan untuk evakuasi, sampai dilaksanakan evakuasi kloter ke-4 pemulangan WNI ke Indonesia.

WNI saat ini yang masih di Sudan, masih ada dari pihak KBRI Khartoum, karena masih menyisiri ibukota Khartoum, yang mana masih ada beberapa WNI yang tertinggal, karena masih bingung menentukan apakah mau ikut evakuasi atau tidak.

Yang Anda ketahui, berapa jumlah WNI yang terdampak dari perang tersebut dan berapa yang sudah dievakuasi?

Untuk WNI yang terdata di KBRI Khartoum Sudan sekitar 12.000 lebih. Kebetulan saat ini sedang masa liburan kampus, jadi ada beberapa mahasiswa dan WNI yang sedang umroh dan pulang ke Indonesia. Dan adapun data yang terakhir kami dapatkan, yang mengikuti evakuasi ini sekitar 900 orang, sebagian besarnya adalah mahasiswa.

Yang Anda lihat, apa saja dampak dari perang yang terjadi di Sudan?

Dampak dari perang atau kerusakan-kerusakan yang terjadi tentunya sangat besar, terutama bagi kita warga negara asing. Dari segi pendidikan ada gedung kementerian pendidikan tinggi yang sudah terbakar hangus. Dan ini membuat kami para pelajar bingung akan nasib berkas-berkas dan dokumen-dokumen yang masih tertinggal di sana, dan bagaimana kami melanjutkan pendidikan. 

Selain itu banyak juga gedung-gedung penting dari negara Sudan yang sudah hancur. Banyak juga rumah-rumah, tempat mahasiswa, tempat PMI (Pekerja Migran Indonesia) bekerja, rumah majikannya banyak yang terkena rudal ataupun kena bom.

Sudah adakah tindakan dari kedua belah pihak untuk damai, atau tindakan PBB untuk mengatasi perang tersebut?

Untuk sampai saat ini, kami belum mengetahui secara pasti tindakan dari kedua belah pihak. Tapi dari PBB sudah mengusahakan untuk memediasi kedua belah pihak. Alhamdulillah, sudah 3 hari dilakukan gencatan senjata semenjak evakuasi hari pertama. Kemudian ada 10 hari dan tambahan 3 hari lagi untuk masa gencatan senjata. Jadi total ada 16 hari untuk gencatan senjata, walaupun masih ada letusan tembakan dari kedua belah pihak

Apa saja kebutuhan warga terdampak perang, khususnya bagi pelajar dan PMI yang berada di sana?

Yang dibutuhkan oleh WNI, baik yang masih tertinggal di Sudan maupun yang sudah dievakuasi adalah kebutuhan logistik, air, dan listrik. Karena memang ketika perang terjadi banyak toko-toko yang tutup, air pun tidak ada karena listrik mati, dan kemudian internet pun sempat dimatikan.

Yang sangat dibutuhkan saat ini adalah dukungan moril atau support system untuk teman-teman yang terdampak perang ini, karena banyak sekali teman-teman yang walaupun sudah dievakuasi di Indonesia masih trauma akan bayangan-bayangan ketika perang itu terjadi.

Dan untuk WNI yang masih tertinggal di Khartoum bantuannya adalah bagaiamana mereka dapat dipulangkan dengan selamat. Bagi kita yang pelajar sangat mengharapkan solusi untuk kelanjutan pendidikan di sana. Bagi PMI, mereka meminta solusi untuk bagaimana dapat bekerja kembali.

Melihat langsung perang terjadi, apa respon PCINU Sudan?

Alhamdulillah kami dari PCINU Sudan telah bekerja sama dengan berbagai pihak. Kami masuk ke dalam relawan untuk mengevakuasi dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan logistik bagi teman-teman WNI yang ada di Sudan. Dari PCINU Sudan bergerak melalui lembaga LAZISNU, yang sudah berkomunikasi langsung dengan LAZISNU pusat (PBNU). Dan alhamdulillah LAZISNU pusat juga sangat support, membantu kami dengan cepat tanggap, dengan memberikan bantuan donasi, yang insya Allah bantuan yang diberikan sangat membantu WNI di sana.

Selain menjadi relawan evakuasi, apa yang dilakukan teman-teman PCINU Sudan?

Yang telah dilakukan oleh para pengurus PCINU Sudan ketika perang terjadi kami langsung melakukan survei terhadap WNI di Sudan, terutama nahdliyin, terkait kebutuhan mendesak saat perang terjadi. Secara cepat tanggap kami menggalang donasi untuk memenuhi kebutuhan logistik yang sudah sangat menipis.

Ada yang ingin Anda sampaikan untuk para donatur yang sudah berdonasi untuk membantu WNI dan masyarakat di Sudan?

Kami perwakilan dari PCINU Sudan dan semua WNI di Sudan yang terdampak perang mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada para dermawan, para donatur yang telah menitipkan hartanya melalui LAZISNU PBNU, untuk kami semua yang terdampak perang ini. Alhamdulillah bantuan ini sangat berguna dan menjadi tambahan semangat untuk kami untuk harapan hidup selanjutnya.

Dan juga saya mengajak saudara semua untuk dapat menyalurkan donasi, bantuan, dan kedermawanan hatinya untuk semua pihak yang terdampak perang ini, melalui LAZISNU PBNU, bisa melalui rekening dan website NUcare.id.

Setelah dievakuasi, bagaimana keadaan teman-teman PCINU Sudan?

Keadaan kami dan semua WNI setelah dievakuasi, alhamdulillah kondisinya baik dan selamat. Terakhir, kami ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah membantu kami baik secara moril dan materiil, terutama kepada LAZISNU PBNU yang sudah membantu kami dengan sekuat tenaga. Terima kasih banyak. (*)

Sudan
PCINU
Kemanusiaan
Penyaluran Bantuan
Perang Sudan
Sudan
PCINU
Kemanusiaan
Penyaluran Bantuan
Perang Sudan

Berita Lainnya