Sebelumnya, pada Sabtu, 15 April 2023 pukul 09.00 waktu setempat, konflik terjadi antara dua kekuatan militer. Tentara Sudan dan paramiliter Rappid Support Forces (RSF) saling serang: desing peluru, rentetan ledakan, dentuman serangan pesawat tempur memporak-porandakan wilayah Khartoum, ibu kota Sudan.
Tahun berganti, namun hingga kini rakyat Sudan masih belum merasakan kedamaian. Ditambah sejak 26 Oktober 2025 lalu, kota el-Fasher di wilayah Darfur, Sudan Barat berubah menjadi lautan duka. Ratusan mayat ditemukan di jalanan, dibakar, atau dikubur di kuburan massal. Diketahui bahwa di hari itu, daerah tersebut telah jatuh ke tangan kelompok paramiliter RSF setelah 18 bulan dikepung.
Pasukan paramiliter RSF dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap warga sipil, menargetkan mereka berdasarkan warna kulit dan etnis, terutama suku Zaghawa dan Masalit. Mereka diburu, disiksa, bahkan dibunuh hanya karena identitas mereka.
Ratusan ribu warga melarikan diri dari el-Fasher. Namun banyak yang tak pernah tiba di tempat aman. Di perjalanan panjang menuju kota Al Dabbah, banyak yang meninggal karena kelaparan, kehausan, atau bahkan terkena luka tembak. Sementara yang bertahan hidup kini menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
“Kami berlari menyelamatkan diri, tapi mereka memburu kami hanya karena warna kulit kami,” tutur salah satu pengungsi kepada tim medis dilansir dari Al Jazeera.
Kini, lebih dari 82.000 orang menjadi pengungsi tanpa arah. Komunikasi terputus, dan dunia nyaris tak mendengar jeritan mereka.
Namun kita bisa memilih untuk tidak berdiam diri. Sebagai bangsa yang menjunjung nilai Rahmatan lil ‘alamin dan berpandangan hidup sesuai dengan UUD 1945 alinea pertama “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”, masyarakat Indonesia memiliki peran penting untuk menyalakan kembali harapan bagi saudara-saudara kita di Sudan dengan ikut membantu mereka bertahan hidup seperti:
Setiap bantuan yang #SahabatPeduli sisihkan adalah cahaya kehidupan bagi mereka yang kini terjebak dalam kegelapan perang. Mari bersama bantu mereka dengan cara:
Kebutuhan Dana 100.000.000
Dana Terkumpul 12.137.670
0 Donatur
367 Hari lagi
Sebelumnya, pada Sabtu, 15 April 2023 pukul 09.00 waktu setempat, konflik terjadi antara dua kekuatan militer. Tentara Sudan dan paramiliter Rappid Support Forces (RSF) saling serang: desing peluru, rentetan ledakan, dentuman serangan pesawat tempur memporak-porandakan wilayah Khartoum, ibu kota Sudan.
Tahun berganti, namun hingga kini rakyat Sudan masih belum merasakan kedamaian. Ditambah sejak 26 Oktober 2025 lalu, kota el-Fasher di wilayah Darfur, Sudan Barat berubah menjadi lautan duka. Ratusan mayat ditemukan di jalanan, dibakar, atau dikubur di kuburan massal. Diketahui bahwa di hari itu, daerah tersebut telah jatuh ke tangan kelompok paramiliter RSF setelah 18 bulan dikepung.
Pasukan paramiliter RSF dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap warga sipil, menargetkan mereka berdasarkan warna kulit dan etnis, terutama suku Zaghawa dan Masalit. Mereka diburu, disiksa, bahkan dibunuh hanya karena identitas mereka.
Ratusan ribu warga melarikan diri dari el-Fasher. Namun banyak yang tak pernah tiba di tempat aman. Di perjalanan panjang menuju kota Al Dabbah, banyak yang meninggal karena kelaparan, kehausan, atau bahkan terkena luka tembak. Sementara yang bertahan hidup kini menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
“Kami berlari menyelamatkan diri, tapi mereka memburu kami hanya karena warna kulit kami,” tutur salah satu pengungsi kepada tim medis dilansir dari Al Jazeera.
Kini, lebih dari 82.000 orang menjadi pengungsi tanpa arah. Komunikasi terputus, dan dunia nyaris tak mendengar jeritan mereka.
Namun kita bisa memilih untuk tidak berdiam diri. Sebagai bangsa yang menjunjung nilai Rahmatan lil ‘alamin dan berpandangan hidup sesuai dengan UUD 1945 alinea pertama “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”, masyarakat Indonesia memiliki peran penting untuk menyalakan kembali harapan bagi saudara-saudara kita di Sudan dengan ikut membantu mereka bertahan hidup seperti:
Setiap bantuan yang #SahabatPeduli sisihkan adalah cahaya kehidupan bagi mereka yang kini terjebak dalam kegelapan perang. Mari bersama bantu mereka dengan cara:
Belum ada kabar terbaru