Jakarta, NU Care
Pondok Pesantren Darul Muttaqien adalah salah satu best practice atau sebagai pesantren percontohan yang baik untuk pembelajaran bagaimana mengelola lingkungan dan menerapkan konsep Pesantren Hijau. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif LAZISNU PBNU Qohari Cholil, pada kunjungan Tim Pesantren Hijau ke Pondok Pesantren Darul Muttaqien di Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, pada Ahad (18/09/2022).
“Sudah kami tinjau dan saksikan bersama bahwa memang di Pondok Pesantren Darul Muttaqien ini benar-benar menerapkan konsep Pesantren Hijau, yang di mana lingkungan sekitar pesantren ini bersih, rapi, banyak ruang terbuka dan hijau. Saya kira ini patut dijadikan contoh untuk pondok pesantren lainnya,” ungkap Qohari.
Humas Pondok Pesantren Darul Muttaqien Salim RD menyampaikan bahwa dari Pimpinan Pesantren, yakni KH Mad Rodja Sukarta selalu mengedepankan tentang bagaimana Pesantren Darul Muttaqien bisa menjadi pesantren hijau yang nyaman untuk dihuni para santri.
Kemudian dalam hal lingkungan hidup dan penghijuan, lanjutnya, Darul Muttaqien terus melakukan penanaman pohon karena manfaatnya luar biasa bagi Pesantren.
“Artinya bahwa di Darul Muttaqien pusat (Parung, Bogor) yang luasnya 19 hektare ini, kami tidak (membangun) banyak ruangan atau asrama dan tidak banyak yang menggunakan AC. Tetapi lahan-lahan yang ada itu kami buat untuk menjadi media pembelajaran bagi anak-anak (santri), di mana anak-anak tidak saja belajar di dalam ruangan namun lebih banyak juga belajar di luar ruangan,” jelasnya.
Menurutnya, maksud dan tujuan dari ruang terbuka dan penghijauan itu dibuat agar sirkulasi udara dan oksigen bisa didapatkan secara maksimal, sehingga Pesantren menjadi nyaman untuk dihuni oleh 3.060 total santri dan siswa Darul Muttaqien.
Selain itu, ungkapnya, seluruh warga Pesantren Darul Muttaqien diberi tanggung jawab untuk memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap kebersihan. “Bahwa kebersihan lingkungan pesantren itu adalah tanggung jawab seluruh manusia yang ada di dalam pondok pesantren,” tegasnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pesantren Darul Muttaqien menyediakan 1.000 tong sampah di setiap sudut agar ketika ada santri, ustad, pengurus, bahkan pengasuh menemukan sampah bisa langsung membuang sampah ke tempatnya.
“Jadi, bersih itu bukan hanya sebatas slogan. Namun, yang kami ajarkan di sini bahwa bersih itu adalah ambil sampahnya buang pada tempatnya, ambil sampahnya buang ke tong sampah. Itu adalah sebuah konsep kebersihan yang dilakukan warga Pesantren Darul Muttaqien,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Asrama Santri Putra Imron Wachidi mengatakan tanggung jawab yang diberikan kepada para santri, akhirnya menjadi pola pembiasaan untuk menjaga kebersihan dan kerapihan seluruh lingkungan Pesantren.
“Pada prinsipnya semua bertanggung jawab, mulai dari santrinya, ustadnya, kiainya, semuanya bertanggung jawab secara moril. Baik itu di (lingkungan) asrama, masjid, sekolah. Bahkan ketika kelas belum rapi dan belum bersih, (pelajaran) belum bisa dimulai,” ungkap Imron.
Kepala Asrama Santri Putri Ahmad Suwardi menambahkan bahwa untuk memotivasi para santri, setiap pekan digelar lomba kebersihan kamar dan asrama.
“Tiga kali sehari ada pembersihan, kerapihan kamar. Dan setiap pekannya ada lomba kebersihan kamar dan asrama,” imbuhnya.
Salah seorang ustad di Pesantren Darul Muttaqien Gipin Gustopa menerangkan, Kiai Mad Rodja selaku Pengasuh Pesantren selalu mengingatkan bahwa sampah itu tidak akan jalan sendiri ke tempatnya, tetapi semuanya bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan kerapihan pesantren.
Terkait pengolahan sampah, dilakukan pemilahan dan daur ulang. Misal, sampah yang memiliki nilai okonomis seperti botol plastik dipisahkan lalu dijual. Sampah lainnya seperti kantong plastik dan sebagainya dipilah dan didaur ulang untuk kemudian dijadikan bahan paving block. Sampah berupa daun digunakan sebagai kompos atau pupuk untuk pohon-pohon yang ada di area Pesantren Darul Muttaqien
Kemudian untuk sampah berupa kardus yang biasanya diterima para santri dari orangtuanya ketika mengirimkan paket makanan, kardus-kardus itu dikumpulkan dalam waktu satu bulan, kemudian dijual dan didapatkan nilai ekonomi sampai Rp1 juta. Dari pengolahan sampah tersebut Pesantren Darul Muttaqien mendapatkan penghasilan kurang lebih Rp12 juta setiap bulannya.
Berangkat dari konsep dan praktik pesantren hijau yang telah diterapkan, pada tahun 2003 Pesantren Darul Muttaqien mendapat prestasi dari Provinsi Jawa Barat sebagai Pesantren Terbersih se-Jawa Barat. Selain itu, di tahun 2019 Darul Muttaqien juga mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) sebagai Pesantren Ramah Anak.
Untuk diketahui, Pesantren Darul Muttaqien ini berdiri pada tahun 1988, diawali dari wakaf tanah seluas 1,8 hektare oleh H Mohamad Nahar (alm), seorang wartawan senior di Kantor Berita Antara. Dari 1,8 hektare itu dikembangkan dan sampai tahun 2022 ini tanah wakaf Darul Muttaqien secara keseluruhan berjumlah seluas 259 hektare, yang berada di Kecamatan Parung Bogor sebagai pusat Pesantren, kemudian di Pelabuhanratu Sukabumi, di Pandeglang Banten, dan di Dumai Riau.
Di Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor terdapat 3.060 santri dan siswa yang berasal dari berbagai wilayah provinsi di Indonesia, terdiri dari santri dengan jenjang pendidikan TK, SD, SMP/MTs, dan SMA/MA, di samping ada juga santri di Madrasah Diniyah dan TPQ. Total santri yang bermukim di Darul Muttaqien berjumlah sekitar 1.700, yang terdiri dari 900 santri putra dan 800 santri putri.
Pewarta: Wahyu Noerhadi