Wonosobo, NU Care
NU Care-LAZISNU Wonosobo Jawa Tengah menyalurkan bantuan kesehatan untuk pengobatan Slamet Ijo atau yang akrab disapa Mbah Ijo.
Penyaluran bantuan pada Sabtu (24/05/2025) berupa dana senilai Rp17,29 juta. Bantuan ini berasal dari donasi yang dihimpun melalui program NU Care Sehat, salah satu pilar utama gerakan filantropi LAZISNU.
Pengurus LAZISNU Wonosobo, Ahmad Nafi’, menyampaikan bahwa bantuan ini merupakan bentuk khidmah kepada jam’iyah sekaligus wujud nyata pelayanan kepada umat.
"Mengingat kontribusi Mbah Ijo untuk NU di Wonosobo, kemudian memang secara finansial bisa dikatakan tidak mampu ya,” jelasnya.
Menurutnya, penggalangan dana dilakukan dengan tetap menjaga etika dan nilai-nilai dasar lembaga sebagai pelayan umat. Selain melalui media sosial, kampanye donasi juga disebarkan hingga tingkat ranting.
“Sekira delapan puluh tiga donatur dengan kemampuan masing-masing menyumbang untuk pengobatan Mbah Ijo ini. Untuk rinciannya bermacam,” terangnya.
“Kami membuka open donasi di medsos, dan kami tularkan sampai ke ranting, kurang lebih hanya sekitar satu mingguan. Dana tersebut terkumpul,” imbuhnya.
Ahmad Nafi’ menegaskan bahwa pihaknya tidak hanya berperan sebagai penghubung donasi, tetapi juga ikut menyumbang secara aktif.
“Ketua PCNU, pengurus LAZISNU sendiri tidak hanya omon-omon memberi instruksi, kami juga ikut menyumbang,” bebernya.
Dana yang terkumpul langsung disalurkan kepada Mbah Ijo sesuai dengan kebutuhannya. Ia berharap kegiatan semacam ini dapat menular dan menjadi inspirasi gerakan kemanusiaan lintas identitas.
“Harapannya sih tidak hanya untuk kader NU atau yang khidmah di NU. Karena, ngomongke kemanusiaan ya harusnya tidak terbatas bendera yang sama, atau agama yang sama. Saat ini mungkin yang ngalamin beliau, Mbah Ijo,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Wonosobo, Nashrul Atho’illah, mengapresiasi inisiatif tersebut dan menyebutnya sebagai ladang amal jariyah bersama.
“Tentunya mendukung. Gerakan-gerakan kemanusiaan ini menjadi sebuah kewajiban kita,” ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya eksistensi LAZISNU di tengah berbagai persoalan sosial dan krisis kemanusiaan. Lima pilar utama yang menjadi prinsip gerakan, menurutnya, merupakan kekuatan khas NU dalam merawat kehidupan sosial.
“Yang terpenting, komunikasi dan koordinasi. Kemudian, bersinergi melalui banyak pihak. Banom kita banyak, kekuatan sosial pastinya terbentuk karena kesolidan bersama,” tegasnya.
Jimat Kesetiaan NU Wonosobo
Alhanuna Najmal Abidah dalam tulisannya di NU Online Jateng menyebutkan Mbah Slamet, atau yang akrab disapa Mbah Ijo, adalah sosok yang melegenda di kalangan Nahdliyin Wonosobo. Tinggal dan menetap di Gedung PCNU Wonosobo, tempat itu menjadi satu-satunya rumah baginya. Ia hidup dalam kesederhanaan, tidur di sajadah lusuh dan menggantung bajunya di paku dinding.
Ciri khas Mbah Ijo adalah pakaiannya yang selalu serba hijau. Warna itu bukan sekadar pilihan, melainkan simbol kesucian, perlawanan, dan kesetiaan—terinspirasi dari perjuangan masa lalu dan kekagumannya pada KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Meski tidak menjabat secara struktural di NU, pengabdian Mbah Ijo sangat nyata. Ia membersihkan masjid, menyalakan lampu, menyapu halaman, dan menjaga lingkungan PCNU tanpa pernah diminta atau berharap imbalan. Kesetiaannya tumbuh dari kehidupan sederhana sejak kecil, dibesarkan oleh ibu yang dulu juga menjadi kurir surat di PCNU.
Saat sakit dan membutuhkan perawatan, NU Care-LAZISNU Wonosobo menggalang dana hingga terkumpul Rp17 juta dari lebih dari 80 donatur. Bantuan itu bukan karena iba, tetapi karena penghormatan atas dedikasi Mbah Ijo selama ini.
Dalam era yang serba transaksional, Mbah Ijo adalah simbol khidmah sejati—mengabdi tanpa pamrih, mencintai tanpa syarat. Ia bukan hanya penjaga gedung, tapi penjaga ruh NU Wonosobo.
Kontributor: Ulfiyanadhifah
Editor: Kendi Setiawan