Wahaji (kiri), relawan sopir ambulans LAZISNU menunggu giliran mengantar jenazah korban musibah mushala Pesantren Al-Khoziny. (Foto: NOJ/ Yuli Riyanto)
 

Bagikan:  

Cerita Relawan Sopir Ambulans Penanganan Musibah Al-Khoziny Sidoarjo

By Kendi Setiawan

14/10/2025

75 kali dilihat

Sidoarjo, NU Care
Penanganan dampak musibah ambruknya mushala di Pesantren Al-Khoziny tidak lepas dari peran para relawan, salah satunya dari unsur relawan sopir ambulans. Mereka bahu-membahu mengantar jenazah korban musibah Pesantren Al-Khoziny yang telah teridentifikasi ke rumah duka.

Para sopir ambulans NU Care-LAZISNU menjalankan tugas karena panggilan jiwa.

Salah satu relawan sopir ambulans yang terlibat dalam aksi kemanusiaan tersebut adalah Wahaji. Pria asal Desa Jumputrejo, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo ini merupakan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Jumputrejo.

Ia kerap bertugas sebagai sopir ambulans milik UPZISNU Jumputrejo.

Di usianya yang telah memasuki 61 tahun, Wahaji tidak pernah menyangka dirinya akan menjadi bagian dari barisan relawan kemanusiaan yang turut mengevakuasi para santri korban musibah di Pesantren Al-Khoziny.

"Waktu itu hari Kamis (2/10/2025) pagi, kami mendapat instruksi dari Ketua LAZISNU Jumputrejo agar segera meluncur ke Pesantren Al-Khoziny untuk ikut membantu evakuasi santri yang menjadi korban," tuturnya dikutip dari NU Online Jatim.

"Saya pun langsung berangkat mengajak Cak Imam, teman relawan yang juga modin kampung di desa saya,” kenangnya.

Setibanya di lokasi, Wahaji segera berkoordinasi dengan tim LAZISNU Sidoarjo. Ia mendapatkan nomor urut 20 dan bertugas mengantarkan jenazah korban ke RS Bhayangkara Surabaya.

Meski harus menunggu lama dalam antrean ambulans yang berjajar di sekitar pesantren, semangatnya tidak surut sedikit pun. Hingga malam tiba, ia tetap bertahan, bahkan memilih bermalam di dalam mobil ambulans yang diparkir dekat lokasi musibah.

"Jumat (3/10/2025) siang, baru sampai nomor urut 4. Karena antriannya masih panjang, malamnya kami disarankan untuk pulang dulu ke rumah untuk istirahat, dan esok harinya kembali ke lokasi,” ujarnya.

Kesabarannya seakan terbayar pada Sabtu (4/10/2025) sekitar pukul 23.00 WIB. Malam itu, ambulans LAZISNU Jumputrejo akhirnya dipanggil untuk membawa jenazah salah satu santri korban menuju RS Bhayangkara Surabaya.

Usai melaksanakan tugas, Wahaji dan rekannya langsung pulang. Namun, pengabdian mereka belum selesai. Beberapa hari kemudian, mereka kembali menerima tugas kemanusiaan.

Pada Rabu (8/10/2025) dini hari, Wahaji mengantar jenazah almarhum M Azam Alby dari RS Bhayangkara Surabaya ke rumah duka di Pesantren Daru Muttaqin, Blega, Bangkalan.

Keesokan harinya, Kamis (9/10/2025) malam, ia kembali menjalankan amanah serupa. Kali ini mengantar jenazah M. Ghifari Ari Chasbi ke rumah duka di Wonorejo, Pasuruan.

"Alhamdulillah, selama perjalanan semuanya berjalan lancar. Semoga seluruh korban husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran serta ketabahan oleh Allah,” tuturnya lirih.

Panggilan hati
Ia menjelaskan, dalam tugasnya ini tidak ada gaji karena bersifat sukarela. Bagi Wahaji, semua yang dilakukan bukan karena imbalan, tetapi karena panggilan hati.

“Kami ikhlas karena ini panggilan kemanusiaan, apalagi membantu para santri yang terkena musibah,” ungkapnya dengan mata berbinar.

Meski baru delapan bulan menjadi sopir relawan ambulans, Wahaji mengaku pengalaman ini sangat berkesan. Ia merasa senang bisa membantu orang lain, terutama mereka yang sedang dilanda musibah.

“Terus terang, ini pengalaman baru bagi saya. Tapi saya senang bisa ikut membantu orang lain yang sedang membutuhkan,” pungkasnya.

Editor: Kendi Setiawan

Sidoarjo
Ambulans
Relawan
Sidoarjo
Ambulans
Relawan

Berita Lainnya