Warga Gaza mencari bantuan makanan. (Foto: Middle East Eye)
 

Bagikan:  

154 Warga Gaza Meninggal karena Kelaparan, 89 di Antaranya Anak-anak

By Kendi Setiawan

31/07/2025

115 kali dilihat

Jakarta, NU Care
Kelaparan parah dialami para pengungsi di Jalur Gaza, Palestina akibat blokade bantuan kemanusiaan yang dilakukan militer Zionis Israel. Para pengungsi yang mengalami getirnya hidup akibat bombardir serdadu Zionis kini mulai berguguran akibat tidak mendapatkan pasokan bantuan makanan.

Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, sampai saat ini tercatat 154 warga sipil meninggal akibat kelaparan. Sebanyak 89 warga tersebut adalah anak-anak. Menurut kementerian, seperti dilaporkan Middle East Eye, dikutip dari Arina.id, semua yang warga meninggal tersebut berada di Gaza.

Di sisi lain, di tengah bencana kelaparan tersebut, Israel juga terus melakukan penyerangan di Gaza.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa pengepungan Israel tersebut benar-benar memicu kelaparan yang mematikan. PBB pada Selasa kemarin mengatakan ada "bukti yang semakin kuat tentang kelaparan dan kelaparan yang meluas".

Sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina di Gaza. Mereka menghancurkan gedung-gedung dan rumah warga, kemudian melakukan blokade dan pengepungan yang berdampak pada kondisi warga sipil di sana.

Rakyat Gaza kini menghadapi kelaparan akut; orang tua, perempuan, dan anak-anak menjadi korban. Kelaparan parah di Gaza ini juga memantik keprihatinan dunia. Sejumlah negara mengutuk blokade tersebut dan mendesak agar konflik segera dihentikan.

Beberapa negara Eropa seperti Prancis, Spanyol, dan Irlandia, serta hampir seluruh negara Islam mendesak Israel membuka blokade. Sejumlah aksi keprihatinan juga dilakukan di banyak tempat. Bahkan di Mesir, dua orang secara ekstrem menyerbu kantor polisi untuk memprotes dugaan keterlibatan Mesir dalam pengepungan Gaza.

Middle East Eye juga melaporkan, dua orang tersebut kini dinyatakan hilang. Dua aktivis pro-Palestina itu adalah Mohsen Mustafa (27 tahun) dan sepupunya Ahmed Sherif Ahmed Abdel Wahab (23 tahun). Keduanya hilang dan tidak diketahui kabarnya setelah mengunggah status di Facebook dengan menyatakan bertanggung jawab atas serbuan tersebut.

Orang-orang yang dilaporkan terlibat dalam penyerbuan kantor polisi pada 25 Juli 2025 menamakan dirinya sebagai "Iron 17". Dalam aksi tersebut, mereka sempat menahan beberapa personel keamanan selama berjam-jam.

Rekaman penggerebekan menunjukkan para pemuda yang menahan para perwira polisi itu menjadi viral di media sosial. Video-video yang diterbitkan di sebuah channel Telegram telah ditonton jutaan kali, menunjukkan para pria yang mengutuk penutupan persimpangan perbatasan Rafah di Mesir dengan Gaza, serta penangkapan para aktivis yang mengumpulkan bantuan bagi warga Palestina di wilayah tersebut.

Untuk membantu rakyat Palestina akibat krisis tersebut, Nahdlatul Ulama memfasilitasi penghimpunan bantuan melalui tautan nucare.id/program/pedulipalestina.

Editor: Kendi Setiawan
 

Anak Yatim
Palestina
Krisis
Jalur Gaza
Anak Yatim
Palestina
Krisis
Jalur Gaza

Berita Lainnya