Hari Santri 2025 akan segera datang. Momen ini bukan sekadar peringatan, tapi juga pengingat akan betapa besar peran santri dalam sejarah bangsa Indonesia. Dulu, para santri dan kiai tak hanya mengaji dan mengajar. Mereka juga mengangkat senjata, menyusun strategi, dan berjuang melawan penjajahan.
Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dicetuskan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menjadi bukti bahwa pesantren adalah benteng pertahanan dalam menjaga kemerdekaan. Semangat jihad fi sabilillah menjadi napas perjuangan para santri dalam melawan penjajah demi tegaknya NKRI.
Kini, peran santri tak berubah dalam esensinya, mereka tetap berada di garda depan dalam menjaga moral, ilmu, dan spiritualitas bangsa. Namun, di balik semangat mereka yang menyala, tak sedikit santri yang hidup dalam keterbatasan.
Banyak santri yatim dan duafa di pelosok negeri yang berjuang dalam kondisi ekonomi yang sangat terbatas. Meski demikian, mereka tetap istiqomah. Pagi, siang, sore, malam, hingga pagi lagi, mereka belajar dan mengaji. Demi ilmu, demi agama, demi masa depan bangsa.
Namun tahukah Anda? Di setiap pesantren, untuk memenuhi kebutuhan pangan 1 orang santri, rata-rata dibutuhkan 7 kg beras setiap bulannya. Bayangkan jika ada ratusan bahkan ribuan santri yang harus dipenuhi kebutuhannya, terutama mereka yang yatim dan berasal dari keluarga duafa.
Sekecil apapun donasi Anda, akan menjadi semangat para penjaga cahaya ilmu di masa depan.
Kebutuhan Dana 100.000.000
Dana Terkumpul 750.000
0 Donatur
147 Hari lagi
Hari Santri 2025 akan segera datang. Momen ini bukan sekadar peringatan, tapi juga pengingat akan betapa besar peran santri dalam sejarah bangsa Indonesia. Dulu, para santri dan kiai tak hanya mengaji dan mengajar. Mereka juga mengangkat senjata, menyusun strategi, dan berjuang melawan penjajahan.
Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dicetuskan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menjadi bukti bahwa pesantren adalah benteng pertahanan dalam menjaga kemerdekaan. Semangat jihad fi sabilillah menjadi napas perjuangan para santri dalam melawan penjajah demi tegaknya NKRI.
Kini, peran santri tak berubah dalam esensinya, mereka tetap berada di garda depan dalam menjaga moral, ilmu, dan spiritualitas bangsa. Namun, di balik semangat mereka yang menyala, tak sedikit santri yang hidup dalam keterbatasan.
Banyak santri yatim dan duafa di pelosok negeri yang berjuang dalam kondisi ekonomi yang sangat terbatas. Meski demikian, mereka tetap istiqomah. Pagi, siang, sore, malam, hingga pagi lagi, mereka belajar dan mengaji. Demi ilmu, demi agama, demi masa depan bangsa.
Namun tahukah Anda? Di setiap pesantren, untuk memenuhi kebutuhan pangan 1 orang santri, rata-rata dibutuhkan 7 kg beras setiap bulannya. Bayangkan jika ada ratusan bahkan ribuan santri yang harus dipenuhi kebutuhannya, terutama mereka yang yatim dan berasal dari keluarga duafa.
Sekecil apapun donasi Anda, akan menjadi semangat para penjaga cahaya ilmu di masa depan.
Belum ada kabar terbaru