Nouree Dlara Mikyala (4) adalah anak pertama dari pasangan Dina (27) dan Hidayat (31) yang beralamat di Dusun Nandih, Desa Kamoning, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Balita yang akrab dipanggil Aini itu sedang menderita kelumpuhan otak dan epilepsi dari usia 1 tahun 3 bulan.
“Saat bayi hingga umur setahun tiga bulan, Aini tumbuh sehat dan normal seperti perkembangan bayi pada umumnya. Namun ada di suatu hari Aini mengalami demam, kejang yang hebat yang menyebabkan badannya membiru. Bahkan kejangnya tak kunjung berhenti walaupun sudah empat kali disuntik obat penenang kejang oleh dokter,” ungkap Hidayat kepada Tim NU Care-LAZISNU Sampang.
Pada suntikan kelima, kejang yang dialami Aini akhirnya berhenti, meski hingga 6 jam setelahnya Aini tak kunjung sadar. Akhirnya dokter memberikan saran agar Aini dipindah ke ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau ruangan intensif untuk bayi dan anak-anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus.
Kondisi Aini saat dirawat di NICU
“Saat itu saya langsung bertanya, kenapa Aini harus dibawa ke NICU. Lalu menurut dokter, kemungkinan Aini sedang koma akibat ada infeksi yang mengganggu jaringan sel otaknya. Mendengar itu, rasanya dada saya seperti disayat pedang sampai saya tak berhenti menciumi wajah putri kami,” ungkap Dina, ibundanya.
Semenjak itu, Aini tidak juga sadarkan diri hingga sebulan lamanya. Setelah sadar, tatapannya kosong dan tidak merespon apapun. Ditambah badannya tidak dapat digerakkan. Mereka pun menanyakan hal itu ke dokter, dan disarankan untuk melakukan CT Scan agar terdeteksi penyakit Aini. Hasilnya, ternyata Aini menderita kelumpuhan pada otak dan epilepsi.
“Dokter saat itu mengatakan bahwa insyaallah penyakitnya bisa sembuh jika Aini rajin untuk fisioterapi, meski tidak bisa kembali seperti anak normal pada umumnya. Kami pun mencoba untuk melakukan saran dokter, namun dua minggu berjalan terapi itu harus terhenti karena terkendala biaya,” jelas sang ibu.
Emas dan simpanan harta lainnya, semua sudah terkuras habis. Hidayat yang hanya sebagai seorang tukang ojek juga mengatakan bahwa penghasilannya tidak menutupi kebutuhannya. Aini pun terpaksa terapi mandiri di rumah. Hasilnya, tangan dan kaki Aini bisa digerakkan, namun tentunya terapi ini tidak berjalan maksimal.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU Sampang melalui laman campaign ini mengajak #SahabatPeduli untuk membantu Aini agar dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya, dengan cara:
Kontributor: Tim NU Care-LAZISNU Sampang
Editor: Putri Azmi Millatie
Kebutuhan Dana 50.000.000
Dana Terkumpul 1.175.000
Donatur
57 Hari lagi
Nouree Dlara Mikyala (4) adalah anak pertama dari pasangan Dina (27) dan Hidayat (31) yang beralamat di Dusun Nandih, Desa Kamoning, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Balita yang akrab dipanggil Aini itu sedang menderita kelumpuhan otak dan epilepsi dari usia 1 tahun 3 bulan.
“Saat bayi hingga umur setahun tiga bulan, Aini tumbuh sehat dan normal seperti perkembangan bayi pada umumnya. Namun ada di suatu hari Aini mengalami demam, kejang yang hebat yang menyebabkan badannya membiru. Bahkan kejangnya tak kunjung berhenti walaupun sudah empat kali disuntik obat penenang kejang oleh dokter,” ungkap Hidayat kepada Tim NU Care-LAZISNU Sampang.
Pada suntikan kelima, kejang yang dialami Aini akhirnya berhenti, meski hingga 6 jam setelahnya Aini tak kunjung sadar. Akhirnya dokter memberikan saran agar Aini dipindah ke ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau ruangan intensif untuk bayi dan anak-anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus.
Kondisi Aini saat dirawat di NICU
“Saat itu saya langsung bertanya, kenapa Aini harus dibawa ke NICU. Lalu menurut dokter, kemungkinan Aini sedang koma akibat ada infeksi yang mengganggu jaringan sel otaknya. Mendengar itu, rasanya dada saya seperti disayat pedang sampai saya tak berhenti menciumi wajah putri kami,” ungkap Dina, ibundanya.
Semenjak itu, Aini tidak juga sadarkan diri hingga sebulan lamanya. Setelah sadar, tatapannya kosong dan tidak merespon apapun. Ditambah badannya tidak dapat digerakkan. Mereka pun menanyakan hal itu ke dokter, dan disarankan untuk melakukan CT Scan agar terdeteksi penyakit Aini. Hasilnya, ternyata Aini menderita kelumpuhan pada otak dan epilepsi.
“Dokter saat itu mengatakan bahwa insyaallah penyakitnya bisa sembuh jika Aini rajin untuk fisioterapi, meski tidak bisa kembali seperti anak normal pada umumnya. Kami pun mencoba untuk melakukan saran dokter, namun dua minggu berjalan terapi itu harus terhenti karena terkendala biaya,” jelas sang ibu.
Emas dan simpanan harta lainnya, semua sudah terkuras habis. Hidayat yang hanya sebagai seorang tukang ojek juga mengatakan bahwa penghasilannya tidak menutupi kebutuhannya. Aini pun terpaksa terapi mandiri di rumah. Hasilnya, tangan dan kaki Aini bisa digerakkan, namun tentunya terapi ini tidak berjalan maksimal.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU Sampang melalui laman campaign ini mengajak #SahabatPeduli untuk membantu Aini agar dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya, dengan cara:
Kontributor: Tim NU Care-LAZISNU Sampang
Editor: Putri Azmi Millatie
Belum ada kabar terbaru