Jakarta, NU Care
Nahdlatul Ulama akan menyambut usia satu abad, dengan mengusung tema Merawat Jagat, Membangun Peradaban. LAZISNU PBNU bersama LPBI, RMI PBNU, dan dengan didukung Bank Mega Syariah mencanangkan program Pesantren Hijau, yang juga merupakan bagian dari upaya merawat jagat. Hal itu diungkapkan Ketua Pelaksana Program Pesantren Hijau, Riri Khariroh dalam agenda Silaturahmi Tim Pesantren Hijau ke Pondok Pesantren Darul Muttaqien di Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, pada Ahad (18/09/2022).
“Dalam konteks satu abad NU yang mana temanya itu adalah Merawat Jagat, Membangun Peradaban, harapannya program ini juga bisa menjadi semacam titik pijak buat NU ke depan untuk terus aktif dalam upaya-upaya membangun kehidupan atau lingkungan yang betul-betul ramah, dan juga membangun sebuah iklim masyarakat yang sangat peduli terkait isu-isu lingkungan,” ungkap Riri.
Riri menjelaskan, alasan tiga lembaga tersebut fokus pada program Pesantren Hijau karena pihaknya menganggap bahwa pertama isu lingkungan sangat penting, khususnya dalam konteks Nahdlatul Ulama sebagai Ormas yang selama ini sangat peduli dengan isu-isu lingkungan.
Kedua, lanjutnya, kenapa pesantren, karena pesantren adalah sebuah subkultur, di mana selama ini memiliki kontribusi yang sangat besar bagi peradaban, khususnya bagi muslim di Indonesia.
“Di pesantren-pesantren itu ada kiai yang memiliki otoritas terhadap bagaimana sebuah pesantren dikelola, ada banyak santri, ada komunitas masyarakatnya. Maka ini menjadi strategis untuk program Pesantren Hijau, karena harapannya agar bisa membangun kesadaran secara masif melalui komunitas pesantren,” terangnya.
Pihaknya juga berharap bahwa program yang berangkat dari pesantren itu manfaatnya bisa dirasakan juga oleh masyarakat sekitar pesantren.
“Jadi harapannya nilai-nilai kesadaran lingkungan ini, satu ditumbuh-suburkan ke pesantren. Kedua, ini juga bisa ditularkan ke masyarakat sekitar pesantren, dan yang ketiga kami juga ingin mencoba mengembangkan cara-cara kreatif bagaimana cara mengelola sampah-sampah itu secara baik sehingga menghasilkan keuntungan ekonomis misalnya,” kata Riri.
Hal itu, menurutnya, paling tidak sampah-sampah yang ada di pesantren bisa dikelola secara baik, dan para santri nantinya bisa memiliki skill (keterampilan) dalam mengelola serta mendaur ulang sampah, termasuk membangun kesadaran agar bisa mengurangi sampah yang ada di lingkungannya.
“Jadi prinsip 3R, Reduce (kurangi), Reuse (gunakan kembali), dan Recycle (daur ulang) itu nanti benar-benar bisa kita tanamkan dan bisa kita jadikan sebuah habit (kebiasaan) di pesantren, agar ini (program) akan bisa menjadi kontribusi pesantren dan juga kontribusi NU dalam konteks untuk merawat jagat itu,” pungkasnya.
Sementara itu Wakil Ketua LPBI PBNU Maskut Candranegara, yang hadir pada kunjungan tersebut mengungkapkan bahwa masalah lingkungan hidup harus ditanggapi secara serius, dan PBNU juga memiliki tagline dalam ulang tahun satu abad Nahdlatul Ulama: Merawat Jagat, Membangun Peradaban.
“Isu lingkungan ini sudah menjadi isu global. Jadi tidak hanya Indonesia tetapi sudah mendunia, dan itu harus semua pihak untuk ikut serta bersama-sama berperan mengatasi permasalahan lingkungan ini,” ujar Maskut.
Di dalam keluarga besar Nahdlatul Ulama, katanya, yang harus dilakukan dan jadi perhatian adalah komunitas yang paling dekat terlebih dahulu, yakni pesantren.
“Yang paling terdekat ini tentunya di kalangan pondok pesantren, harus menjadi perhatian sebelum melangkah lebih luas lagi. Kami bersama-sama dengan LAZISNU dan RMI, kami mencoba untuk melangkah satu persatu dengan mengawalinya hari ini kami belajar di Pondok Pesantren Darul Muttaqien,” katanya.
Hadir pula pada kunjungan tersebut Direktur Eksekutif LAZISNU PBNU Qohari Cholil dan Sekretaris Program Pesantren Hijau Zoelhelmi Husen. Sementara dari pihak Pesantren hadir dan menyambut silaturahmi Tim Pesantren Hijau, Humas Pondok Pesantren Darul Muttaqien Salim RD, Direktur Pendidikan Pesantren Darul Muttaqien Henrizal Rasyid, Kepala Asrama santri putra Imron Wachidi, dan Kepala Asrama santri putri Ahmad Suwardi.
Pewarta: Wahyu Noerhadi