Jakarta, NU Care
NU Care-LAZISNU dengan Program Qurban Memberdayakan menghadirkan sesi talkshow melalui fitur Instagram Live bertajuk Green Qurban. Ini adalah sebuah gerakan qurban ramah lingkungan yang tak hanya menitikberatkan pada sisi ibadah semata, tetapi juga memperhatikan dampak sosial, ekonomi, dan ekologi.
Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu (21/05/2025) pukul 16.00–17.00 WIB melalui akun @nucare_lazisnu.
Green Qurban merupakan implementasi dari pilar program NU Care Hijau dan NU Care Damai. Ini mengimplementasikan semangat pelestarian lingkungan dikolaborasikan dengan ibadah qurban. Dalam pelaksanaannya, gerakan ini mendorong penggunaan besek bambu dan daun sebagai media pengemasan daging serta pengolahan limbah ternak seperti kotoran sapi (kohe) menjadi pupuk organik, media budidaya maggot dan cacing, serta sumber energi terbarukan berupa biogas.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber yang akan membahas berbagai aspek Green Qurban. Manager HR dan GA NU Care-LAZISNU, Dewi Rochmawati menjelaskan bagaimana Green Qurban menjadi bentuk dakwah sosial, serta mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pelibatan UMKM lokal seperti pengrajin besek, penjual daun, dan peternak binaan.
“Qurban Memberdayakan ini artinya memberdayakan masyarakat dan implementasinya menggunakan konsep green qurban. mulai dari hewan berasal dari peternak lokal binaan kami, besek dari UMKM, dan bahkan pengadaan daun pisang pun mendatangkan manfaat ekonomi lokal,” tutur Dewi saat menjelaskan tujuan program Qurban Memberdayakan.
"Salah satu cabang, NU Care-LAZISNU Ponorogo bahkan sudah mengolah kohe sapi diolah menjadi pupuk dan biogas.” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Pengurus LPBI NU, H Syamsul Arifin membahas potensi pencemaran lingkungan akibat pelaksanaan qurban massal dan pentingnya tata kelola limbah hewan yang bijak.
"Limbah seperti kotoran hewan jangan dibuang ke sungai karena akan mencemari air. Sebaliknya, kohe bisa diolah menjadi sumber ekonomi baru yang aman bagi lingkungan. Ini bisa menjadi model qurban berkelanjutan yang layak ditiru oleh masjid-masjid dan masyarakat luas,” jelas Syamsul.
Talkshow ditutup dengan penjelasan lengkap dari Anggota Pengurus LKNU PBNU, Prof Ahmad Syafiq. Dia mengupas pentingnya keamanan pangan, sanitasi, dan pengemasan ramah lingkungan demi menjaga kesehatan masyarakat.
"Daging harus dikemas secara higienis. Gunakan daun pisang, karena selain biodegradable, juga memberi aroma alami yang lebih sedap. Hindari plastik kresek hitam yang mengandung karsinogenik. Jika terpaksa memakai plastik, gunakan yang food grade," tegas Syafiq.
Guru Besar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sekaligus Kepala Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI menyoroti bahaya mikroplastik dan rendahnya tingkat daur ulang sampah di Indonesia yang hanya 10–15 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding negara maju seperti Jerman yang mencapai 50 persen.
"Qurban bukan sekadar ritual, ini adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi untuk menjaga ciptaan Tuhan," tambahnya.
Pewarta: Zahra
Editor: Kendi Setiawan