Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Pandemi ini memang tidak bisa dihindari oleh siapapun, termasuk para santri. Seperti yang dialami Iis (19 thn), santri putri di salah satu pondok pesantren di Purwokerto yang juga terpapar virus Covid-19.
“Awalnya ada satu santri yang berangkat ke pesantren paling akhir dan menjalani karantina, pas karantina dia itu langsung demam, terus akhirnya dibawa ke RS untuk melakukan Swab dan ternyata hasilnya positif (Covid-19),” ujar Iis mengawali cerita.
Iis mengakui, adanya kabar tersebut membuat dirinya dan teman-temannya mulai menyadari bahwa banyak dari mereka yang mengalami gejala berupa demam, batuk, pilek, hingga berkurangnya indra penciuman (anosmia) serta indra pengecapan.
“Tadinya dikira karena sedang pergantian cuaca, maka banyak santri yang sakit, tetapi untuk jaga-jaga dilakukan karantina untuk seluruh santri. Santri yang sakit dikelompokan dengan santri lain yang sakitnya sama. Sehari setelah karantina, seluruh santri menjalani tes Swab di pesantren, dan di bagi menjadi tiga kloter. Selama enam hari menunggu hasil Swab, para santri masih tetap melaksanakan karantina, dan ketika hasilnya keluar ternyata banyak sekali santri yang positif Covid-19,” jelasnya saat diwawancarai Tim NU Care-LAZISNU via pesan WhatsApp, Senin (12/10/2020).
Adanya kasus positif Covid-19 di pesantren tempat Iis belajar, yakni 250 santri yang terpapar, membuat berbagai kegiatan di pesantren terhenti. Pesantren di-lockdown. Para santri diisolasi, mengaji di kamar masing-masing, dan tidak diperkenankan keluar-masuk pesantren. Hal ini mengakibatkan para santri sedikit kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
“Untuk saat ini, kami tidak memiliki gejala yang serius dan insyaallah sehat wal ‘afiat. Kami saling menguatkan dan saling menghibur untuk mengurangi rasa panik, karena panik hanya akan menurunkan imunitas kami. Tetapi dengan adanya lockdown ini, kebutuhan primer kami jadi sulit terpenuhi,” tambahnya.
Adapun kebutuhan primer para santri yang sedang dikarantina, antara lain:
Untuk itu, NU Care-LAZISNU mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut peduli dan berbagi membantu para santri yang sedang dikarantina tersebut, dengan cara berdonasi. Hasil dari donasi ini akan didistribusikan untuk logistik santri selama masa karantina.
Mari wujudkan “Santri Sehat, Indonesia Kuat” dengan bersama-sama membantu para santri yang sedang menjalani karantina, hingga mereka sembuh. Santri adalah generasi penerus bangsa dan ulama. Silakan, saudara-saudara semua bisa berdonasi untuk para santri dengan cara:
Kebutuhan Dana 100.000.000
Dana Terkumpul 2.004.061
Donatur
0 Hari lagi
Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Pandemi ini memang tidak bisa dihindari oleh siapapun, termasuk para santri. Seperti yang dialami Iis (19 thn), santri putri di salah satu pondok pesantren di Purwokerto yang juga terpapar virus Covid-19.
“Awalnya ada satu santri yang berangkat ke pesantren paling akhir dan menjalani karantina, pas karantina dia itu langsung demam, terus akhirnya dibawa ke RS untuk melakukan Swab dan ternyata hasilnya positif (Covid-19),” ujar Iis mengawali cerita.
Iis mengakui, adanya kabar tersebut membuat dirinya dan teman-temannya mulai menyadari bahwa banyak dari mereka yang mengalami gejala berupa demam, batuk, pilek, hingga berkurangnya indra penciuman (anosmia) serta indra pengecapan.
“Tadinya dikira karena sedang pergantian cuaca, maka banyak santri yang sakit, tetapi untuk jaga-jaga dilakukan karantina untuk seluruh santri. Santri yang sakit dikelompokan dengan santri lain yang sakitnya sama. Sehari setelah karantina, seluruh santri menjalani tes Swab di pesantren, dan di bagi menjadi tiga kloter. Selama enam hari menunggu hasil Swab, para santri masih tetap melaksanakan karantina, dan ketika hasilnya keluar ternyata banyak sekali santri yang positif Covid-19,” jelasnya saat diwawancarai Tim NU Care-LAZISNU via pesan WhatsApp, Senin (12/10/2020).
Adanya kasus positif Covid-19 di pesantren tempat Iis belajar, yakni 250 santri yang terpapar, membuat berbagai kegiatan di pesantren terhenti. Pesantren di-lockdown. Para santri diisolasi, mengaji di kamar masing-masing, dan tidak diperkenankan keluar-masuk pesantren. Hal ini mengakibatkan para santri sedikit kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
“Untuk saat ini, kami tidak memiliki gejala yang serius dan insyaallah sehat wal ‘afiat. Kami saling menguatkan dan saling menghibur untuk mengurangi rasa panik, karena panik hanya akan menurunkan imunitas kami. Tetapi dengan adanya lockdown ini, kebutuhan primer kami jadi sulit terpenuhi,” tambahnya.
Adapun kebutuhan primer para santri yang sedang dikarantina, antara lain:
Untuk itu, NU Care-LAZISNU mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut peduli dan berbagi membantu para santri yang sedang dikarantina tersebut, dengan cara berdonasi. Hasil dari donasi ini akan didistribusikan untuk logistik santri selama masa karantina.
Mari wujudkan “Santri Sehat, Indonesia Kuat” dengan bersama-sama membantu para santri yang sedang menjalani karantina, hingga mereka sembuh. Santri adalah generasi penerus bangsa dan ulama. Silakan, saudara-saudara semua bisa berdonasi untuk para santri dengan cara:
Belum ada kabar terbaru