Mushola Al-Mujahidin ambruk, roboh, karena sudah lapuk dimakan usia. Hal itu sontak memicu reaksi warga sekitar untuk membentuk panitia pembangunan mushola.
Saat ini, warga setempat sudah mulai melakukan penggalangan dana secara swadaya. Mengingat mushola ini termasuk bagian terpenting dari aktivitas sosial-keagamaan masyarakat Dukuh Notowarih Atas, Desa Notogiwang, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan.
Mushola ini disebut warga sebagai mushola 'legend' dan belum pernah direnovasi semenjak 50 tahun silam. Adapun upaya perbaikan hanya tambal-sulam dan pembaruan cat tembok. Mushola ini termasuk mushola wakaf yang menjadi tempat agenda-agenda besar keagamaan warga sekitar, seperti pengajian dan bahkan sholat Ied juga dilangsungkan di mushola ini. Namun, sementara ini kegiatan peribadatan warga harus bergeser ke mushola/masjid terdekat karena tempat sedang dibangun.
Sampai sejauh ini, pembangunan baru berjalan sekitar 30%, di mana pondasi dan pengecoran sudah mulai dilakukan. Namun bukan berarti tanpa kendala, tentu keuangan untuk material dan operasional sangat menentukan kelanjutan dari pembangunan mushola. Seperti cerita yang disampaikan Abdul Ghofur selaku Ketua Pembangunan Mushola, berikut:
“Mushola Al-Mujahidin dengan ukuran 10x15 meter ini terletak di daerah pegunungan di Kabupaten Pekalongan, tepatnya di Dukuh Notowarih Atas. Tentu akses ke sini juga butuh perjuangan yang berat untuk mobilitas pembangunan. Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke lokasi mushola dari jalan utama Pekalongan. Ini merupakan sebuah tantangan bagi kami untuk terus berupaya mendirikan sebuah mushola yang lebih layak untuk aktivitas syiar agama Islam di pedesaan. Tentu kami butuh support dari semua pihak,” tutur Ghofur.
Sementara itu, bagian Humas Pembangunan Mushola, Muhammad Fairuz mengungkapkan bahwa Mushola Al-Mujahidin itu sangat berarti keberadaannya bagi warga sekitar.
“Bagi kami mushola ini sangatlah berarti, di mana sholat berjamaah adalah keutamaan bagi kita selaku muslim. Ditambah kegiatan-kegiatan seperti ngaji, Thoriqoh, Tahlil, membaca kitab, dan lain sebagainya. Kami berharap ada bantuan dari banyak pihak terkait pembangunan Mushola Al-Mujahidin ini. Mengingat sejauh ini ada sejumlah material yang terpaksa kami harus nge-bon (berhutang) dulu ke toko bangunan. Biar pembangunan terus berjalan, sembari kami terus berupaya, bergotong-royong menggalang dana secara swadaya,” ungkap Fairuz, saat ditemui Tim dari NU Care-LAZISNU beberapa waktu lalu.
Mari #SahabatPeduli, salurkan sumbangsih kita, seikhlas kita, agar pembangunan Mushola Al-Mujahidin dapat segera selesai, tanpa harus lagi berhutang ke toko bangunan. Caranya:
Kebutuhan Dana 372.000.000
Dana Terkumpul 9.047.000
Donatur
0 Hari lagi
Mushola Al-Mujahidin ambruk, roboh, karena sudah lapuk dimakan usia. Hal itu sontak memicu reaksi warga sekitar untuk membentuk panitia pembangunan mushola.
Saat ini, warga setempat sudah mulai melakukan penggalangan dana secara swadaya. Mengingat mushola ini termasuk bagian terpenting dari aktivitas sosial-keagamaan masyarakat Dukuh Notowarih Atas, Desa Notogiwang, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan.
Mushola ini disebut warga sebagai mushola 'legend' dan belum pernah direnovasi semenjak 50 tahun silam. Adapun upaya perbaikan hanya tambal-sulam dan pembaruan cat tembok. Mushola ini termasuk mushola wakaf yang menjadi tempat agenda-agenda besar keagamaan warga sekitar, seperti pengajian dan bahkan sholat Ied juga dilangsungkan di mushola ini. Namun, sementara ini kegiatan peribadatan warga harus bergeser ke mushola/masjid terdekat karena tempat sedang dibangun.
Sampai sejauh ini, pembangunan baru berjalan sekitar 30%, di mana pondasi dan pengecoran sudah mulai dilakukan. Namun bukan berarti tanpa kendala, tentu keuangan untuk material dan operasional sangat menentukan kelanjutan dari pembangunan mushola. Seperti cerita yang disampaikan Abdul Ghofur selaku Ketua Pembangunan Mushola, berikut:
“Mushola Al-Mujahidin dengan ukuran 10x15 meter ini terletak di daerah pegunungan di Kabupaten Pekalongan, tepatnya di Dukuh Notowarih Atas. Tentu akses ke sini juga butuh perjuangan yang berat untuk mobilitas pembangunan. Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke lokasi mushola dari jalan utama Pekalongan. Ini merupakan sebuah tantangan bagi kami untuk terus berupaya mendirikan sebuah mushola yang lebih layak untuk aktivitas syiar agama Islam di pedesaan. Tentu kami butuh support dari semua pihak,” tutur Ghofur.
Sementara itu, bagian Humas Pembangunan Mushola, Muhammad Fairuz mengungkapkan bahwa Mushola Al-Mujahidin itu sangat berarti keberadaannya bagi warga sekitar.
“Bagi kami mushola ini sangatlah berarti, di mana sholat berjamaah adalah keutamaan bagi kita selaku muslim. Ditambah kegiatan-kegiatan seperti ngaji, Thoriqoh, Tahlil, membaca kitab, dan lain sebagainya. Kami berharap ada bantuan dari banyak pihak terkait pembangunan Mushola Al-Mujahidin ini. Mengingat sejauh ini ada sejumlah material yang terpaksa kami harus nge-bon (berhutang) dulu ke toko bangunan. Biar pembangunan terus berjalan, sembari kami terus berupaya, bergotong-royong menggalang dana secara swadaya,” ungkap Fairuz, saat ditemui Tim dari NU Care-LAZISNU beberapa waktu lalu.
Mari #SahabatPeduli, salurkan sumbangsih kita, seikhlas kita, agar pembangunan Mushola Al-Mujahidin dapat segera selesai, tanpa harus lagi berhutang ke toko bangunan. Caranya:
Belum ada kabar terbaru